Perawatan
Masa Nifas Normal dan Komplikasi
A.
Pendahuluan
Masa
nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Sekitar 50 % kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang
berkualitas harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi.
Tujuan
perawatan masa nifas adalah untuk :
1.
Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2.
Melaksanakan
skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3.
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat.
4.
Memberikan
pelayanan keluarga berencana.
Peran
tenaga kesehatan diperlukan dalam mewujudkan ibu dan bayi yang sehat, dengan
memberikan dukungan secara berkesinambungan dan pemberian asuhan secara
professional.
B.
Adaptasi
Fisiologis dan Psikologis Masa Nifas
I.
Adaptasi
Fisiologis Masa Nifas
a.
Perubahan
system reproduksi :
1)
Uterus
Perubahan-perubahan normal
pada uterus selama masa nifas adalah sebagai berikut : setelah 12 jam
persalinan, tinggi fundus uteri ± 1 cm di atas umbilicus, perubahan involusi
akan berlangsung cepat, fundus akan turun 1-2 cm setiap 24 jam, hari ke-6 akan
berada di pertengahan umbilicus-simfisis pubis, dan hari ke 9-10 fundus uteri
tidak dapat dipalpasi lagi pada abdomen.
Proses kembalinya uterus ke
kondisi sebelum hamil disebut proses involusi. Proses involusi terjadi karena
iskemia miometrium, autolisis dan efek oksitosin. Involusi tempat plasenta, berupa penyembuhan
luka tempat plasenta bersifat khas karena bekas luka ini tidak meninggalkan
parut. Penyembuhan luka dengan cara dilepaskan dari dasarnya dan diikuti
pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan kulit. Regenerasi endometrium terjadi di tempat
implantasi plasenta sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar ini pada hakikatnya
mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta yang
menyebabkan menjadi terkelupas, tidak dipakai lagi dan dikeluarkan berupa
lokia.
Ligamen dan diafragma
pelvis juga berangsur-angsur menciut seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi, sehingga
wanita mengeluhkan ”kandungannya turun” setelah melahirkan.
Perubahan serviks, pada
awal persalinan dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir tidak rata atau retak-retak
karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui
satu jari saja. Setelah proses involusi selesai ostium eksternum tidak serupa
dengan keadaan sebelum hamil. Pada umumnya lebih besar dan tetap retak-retak
pada pinggirannya, terutama pinggir sampingnya. Oleh karenanya terbentuk bibir
depan dan belakang pada serviks.
Proses involusi uterus,
menyebabkan lapisan luar desidua yang mengelilingi tempat plasenta akan menjadi
nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran
darah dan desidua disebut lokia. Sekret mikroskopik lokia terdiri atas
eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan bakteri. Pengeluaran lokia dibagi
berdasarkan waktu dan warnanya : 1) hari ke 1-3 berupa lokia rubra / merah, 2)
hari ke-3-5 lokia sanguilenta / merak kuning, 3) hari ke 5-9 lokia serosa /
kuning kecoklatan, 4) lebih dari hari ke-10 lokia alba / pucat, putih
kekuningan. Total pembuangan lokia rata-rata perhari 240-270 ml.
2)
Perubahan pada
vagina dan perineum
Vagina
yang semula teregang akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil
selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae mulai tampak kembali setelah minggu
ke empat. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium.
Proses
penyembuhan luka episiotomy sama dengan luka operasi lain. Penyembuhan luka
dapat berlangsung selama 2-3 minggu. Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan
hygiene dan pengobatan yang baik.
3)
Perubahan
tanda-tanda vital
Suhu
badan akan naik sedikit (37,5-38˚C), akibat kerja keras melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan. Pada hari ke 3 suhu terkadang naik kembali, karena adanya
pembendungan ASI, bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi traktus
genitalia, endometrium, mastitis atau system lain.
Nadi
ibu setelah melahirkan biasanya lebih
cepat, selanjutnya akan kembali normal. Tekanan darah biasanya tidak banyak
berubah, tekanan darah rendah jika terjadi perdarahan dan tekanan darah tinggi
jika terjadi pre eklampsia post partum. Pernafasan mengikuti perubahan nadi dan
suhu tubuh.
4)
Perubahan
system kardiovaskuler
Pada minggu
ke-3-4 volume darah kembali mencapai volume darah sebelum hamil. Pada
persalinan dengan seksio sesaria hematokrit cenderung stabil dan kembali normal
setelah 4-6 minggu. Tiga perubahan fisologi pasca partum yang terjadi : 1)
hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah
maternal 10-15 %, 2) hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan
stimulus vasodilatasi, 3) terjadi mobilisasi air ekstravaskular.
5)
Perubahan
system pencernaan
Nafsu makan
meningkat, ibu merasa lapar dan dapat makan 1-2 jam setelah melahirkan. Jika
ibu bersalin mendapatkan anastesia, motilitas usus perlu diperhatikan sebelum
pemenuhan nutrisi. BAB secara spontan bisa tertunda 2-3 hari. Hal ini dapat
disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada
awal nifas, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, rasa sakit
perineum, kurangnya pengetahuan dan
kekhawatiran lukanya terbuka jika defekasi. Suppositoria dibutuhkan untuk
membantu eliminasi pada ibu nifas.
6)
Perubahan
system perkemihan
Perubahan
hormonal pada masa hamil menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, setelah
melahirkan terjadi penurunan hormonal dan jumlah cairan, sehingga fungsi ginjal
mengalami perubahan. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan.
Dibutuhkan waktu 2-8 minggu pengembalian dilatasi ureter dan pelvis ginjal ke
keadaan sebelum hamil.
Trauma pada uretra dan kandung kemih
sewaktu bayi melewati jalan lahir dapat terjadi. Dinding kandung kemih dapat
mengalami hyperemia dan edema, seringkali disertai hemoragi. Kandung kemih yang
edema, terisi penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan
tak sempurna dan urine residual. Distensi
kandung kemih menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Distensi berlebihan
dapat menyebabkan kandung kemih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu
proses berkemih normal.
2.
Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Pengalaman
menjadi orang tua khususnya bagi seorang ibu tidaklah selalu merupakan hal yang
menyenangkan. Realisasi tanggungjawab sebagai seorang wanita setelah melahirkan
seringkali menimbulkan konflik dan pemicu munculnya gangguan emosi dan
tingkahlaku pada seorang wanita. Adaptasi diperlukan wanita dalam menghadapi
aktivitas dan perannya sebagai seorang ibu. Sebagian wanita tidak berhasil
menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis dengan berbagai gejala yang
disebut post partum blues.
Fase-fase
adaptasi ibu masa nifas :
a.
Fase taking in yaitu periode
ketergantungan (hari 1-2 nifas). Focus perhatian ibu pada dirinya sendiri.
Pengalaman melahirkan diceritakan berulangkali. Ibu cenderung pasif terhadap
lingkungannya. Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu yang cukup
merupakan dukungan yang tak ternilai bagi ibu. Gangguan psikologis yang mungkin
dirasakan ibu pada masa ini : 1) kekecewaan
karena tidak mendapatkan yang diinginkannya seperti jenis kelamin anak,
warna kulit dll, 2) ketidaknyamanan akibat perubahan fisik ; mules, nyeri luka
jahitan, payudara bengkak dll, 3) rasa bersalah karena belum menyusui, 4) ibu
merasa sendiri, karena suami dan keluarga cenderung hanya melihat dan
mengkritik perawatan yang dilakukan.
b.
Fase taking hold
adalah
fase dimana ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa
tanggungjawabnya dalam merawat bayi (hari 3-10 nifas). Ibu memiliki perasaan sensitive,
mudah tersinggung atau mudah marah, kita harus berhati-hati berkomunikasi
dengan ibu. Ibu membutuhkan dukungan, waktu ini adalah kesempatan untuk
memberikan penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga muncul rasa
percaya diri.
c.
Fase taking in merupakan fase
menerima tanggungjawab akan peran barunya (hari ke-10). Ibu sudah dapat
menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah
meningkat. Ibu menjadi mandiri, namun dukungan dari suami dan keluarga masih
sangat diperlukan. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga pulih
kesehatannya dan dapat merawat bayinya.
Postpartum blues :
Melahirkan
merupakan salah satu hal penting dari peristiwa-peristiwa paling bahagia dalam
kehidupan wanita. Akan tetapi mengapa sebagian wanita merasa sedih ? sebanyak
80 % wanita mengalami gangguan suasana hati setelah melahirkan, merasa kecewa,
sendirian, takut, merasa bersalah atau tidak mencintai bayinya.
Post partum
blues / maternity blues / baby blues /
sindroma ibu baru dimengerti sebagai sindrom ringan pada minggu pertama setelah
persalinan dengan gejala : reaksi depresi/sedih/disforia, sering menangis, mudah tersinggung, cemas, labil,
menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur, gangguan nafsu makan, kelelahan,
cepat marah, dan mood mudah berubah. Puncaknya
pada hari ke 3-5 dan berlangsung dari beberapa hari sampai 2 minggu. Postpartum
blues tidak mengganggu kemampuan ibu merawat bayi.
Faktor-faktor
penyebab postpartum blues :
a)
Faktor
hormonal, penurunan estrogen secara tajam setelah melahirkan memiliki efek
supresi aktivitas enzim non-adrenalin maupun serotin yang berperan dalam
suasana hati dan depresi.
b)
Ketidaknyamanan
fisik yang dialami sehingga mudah emosi, misalnya : rasa sakit akibat luka
jahit atau bengkak payudara.
c)
Ketidakmampuan
beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
d)
Faktor
usia dan jumlah anak
e)
Pengalaman
dalam proses kehamilan dan persalinan.
f)
Latar
belakang psikososial, misalnya tingkat pendidikan, kehamilan tidak diinginkan,
status perkawinan, riwayat gangguan jiwa.
g)
Kurangnya
dukungan lingkungan, misalnya dari suami, orang tua, keluarga.
h)
Stress
yang dialami oleh wanita itu sendiri, misalnya belum bisa menyusui bayinya,
rasa bosan terhadap rutinitas baru.
i)
Kelelahan
pasca bersalin
j)
Ketidaksiapan
perubahan peran
k)
Rasa
memiliki bayi terlalu dalam, takut berlebihan kehilangan bayinya
l)
Masalah
kecemburuan anak terdahulu.
C.
Perawatan
Masa Nifas
Perawatan
masa nifas dimulai sejak kala uri untuk mencegah terjadinya perdarahan post
partum dan infeksi. Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya
1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas :
1.
Nutrisi dan
Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi
yang cukup, gizi seimbang terutama protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu
menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang bayi.
Kebutuhan kalori ; rata-rata
diperlukan 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml ASI. Rata-rata
diperlukan tambahan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510
kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan susu normal. Rata-rata ibu
harus mengkonsumsi 2300-2700 ml kal ketika menyusui. Makanan yang dikonsumsi harus
memenuhi syarat, seperti susunannya harus seimbang, porsi cukup, teratur, tidak
terlalu asin, pedas, atau berlemak serta tidak mengandung bahan pengawet,
pewarna dll, yang dampaknya kurang baik bagi ibu dan bayi.
Protein. Ibu memerlukan
tambahan 20 gr protein ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500
kal yang dianjurkan. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pergantian sel
yang rusak atau mati.
Cairan. Ibu dianjurkan minum 2-3
liter/hari dalam bentuk air putih, susu dan jus buah. Anjurkan untuk minum
setiap kali menyusui. Vitamin dan mineral digunakan untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit dan mengatur kelancaran metabolisme di dalam tubuh.
Pil zat besi (Fe) harus diminum
untuk menambah zat gizi selama 40 hari pasca persalinan. Kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada satu jam
setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A pada
bayinya melalui ASI.
2.
Ambulasi
Ambulasi
dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar
dari tempat tidurnya dan untuk berjalan. Pada persalinan normal ambulasi
dikerjakan setelah 2 jam post partum (ibu boleh miring kanan / kiri). Ambulasi
dilakukan secara bertahap, keuntungan ambulasi dini adalah : a) Melancarkan
pengeluaran lokia, b) Mempercepat involusi uterus, c) Melancarkan fungsi
gastrointestinal dan organ reproduksi, d) Melancarkan peredaran darah sehingga
meningkatkan produksi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme dan 4) Kesempatan
yang baik untuk melatih ibu merawat anaknya.
3.
Eliminasi
Buang
Air Kecil (BAK) : Setelah ibu melahirkan, terutama ibu yang baru pertama kali
melahirkan kadang terasa pedih bila BAK. Keadaan ini kemungkinan disebabkan
oleh iritasi akibat persalinan sehingga penderita takut BAK. Bila kandung kemih
penuh, upayakan ibu buang air kecil secara spontan. Miksi normal bila ibu dapat
BAK spontan tiap 3-4 jam sekali. Ibu diusahakan BAK sendiri, bila tidak,
upayakan tindakan : 1) dirangsang dengan mengalirkan air kran di dekat pasien,
2) mengompres air hangat di atas simfisis, 3) saat sit bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK. Bila tidak
berhasil maka dilakukan kateterisasi, hal ini menyebabkan ketidaknyamanan dan
berisiko tinggi infeksi. Oleh karena itu kateterisasi boleh dilakukan setelah 6
jam post partum.
Buang
Air Besar (BAB) : BAB harus sudah
terjadi dalam 3-4 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul BAB yang
keras, dapat kita lakukan pemberian obat pencahar (laxantia) peroral atau supositoria, atau dilakukan klisma bila masih
belum berakhir. Cara agar dapat BAB teratur : 1) diet teratur tinggi serat,
pemberian cairan yang banyak, ambulasi dini, bila takut BAB karena luka
perineum dapat diberikan laksan supositoria.
4.
Kebersihan diri
dan perineum
Personal hygiene
:
mandi di tempat tidur dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri ke kamar mandi.
Bagian paling utama yang dibersihkan adalah puting susu dan kebersihan
genitalia. Puting susu harus diperhatikan kebersihannya, luka pecah (rhagade) harus segera diobati karena
kerusakan putting susu merupakan port the
entrée dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu yang kering akan menjadi kerak dan merangsang kulit untuk
mengalami iritasi. Bersihkan putting susu dengan air yang telah dimasak tiap
kali sebelum dan sesudah menyusukan bayi.
Perawatan
payudara dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan
kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi. Jika putting rata, sejak hamil
ibu dapat menarik-narik puting susu dan tetap memberikan ASI agar putting
sering tertarik. Teknik menyusui harus benar agar tidak terjadi lecet putting.
Bayi
yang tidak suka menyusui, dapat disebabkan pancaran ASI yang terlalu kuat,
bingung putting, putting rata dan terlalu kecil atau bayi mengantuk. Pancaran
ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat payudara
sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang dengan bayi ditaruh diatas
payudara. Pada bayi dengan bingung putting, hindari pemakaian dot botol dan
gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI. Pada bayi mengantuk
yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan agar bayi terbangun.
Perhatikan
pengeluaran lokia dari vagina, tanda-tanda lokia abnormal jika : 1) perdarahan
berkepanjangan, 2) pengeluaran lokia tertahan, 3) lokia berbau busuk, 4) rasa
nyeri uterus berlebihan, 5) terdapat sisa plasenta yang menjadi sumber
perdarahan, 6) terjadi infeksi intrauterine.
Pencegahan infeksi : 1) menjaga kebersihan lingkungan, 2) kebersihan
tempat tidur, WC atau kloset, 3) tindakan perawatan harus aseptik dan
antiseptik.
Perineum
: Bila BAB atau BAK, perineum harus dibersihkan secara rutin. Caranya
dibersihkan dengan sabun. Biasanya ibu akan takut jahitannya lepas, juga merasa
sakit sehingga perineum tidak dicuci. Cairan sabun hangat atau sejenisnya
dipakai setelah BAB atau BAK. Sesudah dan sebelum mengganti pembalut harus
dicuci dengan larutan desinfektan atau sabun. Ibu perlu diberitahu cara
mengganti pembalut, yaitu bagian dalam jangan terkontaminasi oleh tangan, cara
memakainya dari depan ke belakang.
Langkah-langkah
kebersihan diri : a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, b) Ajarkan cara
membersihkan kelamin dengan sabun dan air. Pastikan ibu membersihkan daerah
sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian dibersihkan
daerah sekitar anus. Nasihatkan ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesai BAK/BAB, c) Mengganti pembalut paling sedikit 2 kali sehari, kain
pembalut dapat digunakan ulang jika telah dicuci dan dikeringkan dibawah sinar
matahari atau disetrika, d) Sarankan ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelamin.
5.
Istirahat
Setelah
melahirkan ibu merasa lelah, terlebih lagi jika persalinan berlangsung lama.
Jika ibu cemas (tidak mampu merawat anak), beban kerja bertambah, ibu harus
bangun malam, meneteki atau mengganti popok yang sebelumnya tidak pernah
dilakukan, hal ini dapat mengakibatkan susah tidur. Ibu yang kurang istirahat dapat mengakibatkan
: 1) produksi ASI berkurang, 2) memperlambat involusi, 3) menyebabkan depresi
dan ketidakmampuan merawat diri dan bayinya. Ibu memerlukan istirahat, tidur dan dan melakukan
aktivitas yang tidak berat.
6.
Seksual
Dinding
vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Secara fisik
aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu darah merah berhenti, dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Secara
budaya memulai hubungan suami isteri sampai masa tertentu, misalnya 40-60 hari
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
Hubungan
seksual dapat dilakukan aman ketika luka episiotomy telah sembuh dan lokia
telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual ditunda sedapat mungkin sampai 40
hari setelah persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah
pulih kembali.
7.
Keluarga
Berencana
Tujuan
dari pemakaian kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel telur dan sperma. Kontrasepsi yang cocok pada masa
nifas adalah Metode Amenorrhea Laktasi (MAL), pil progestin (mini pil),
suntikan progestin, kontrasepsi implant dan alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR).
8.
Latihan/senam
nifas
Senam
nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan
tubuhnya pulih kembali. Senam nifas bertujuan mempercepat penyembuhan, mencegah
komplikasi, memulihkan dan menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot perut.
Pada saat hamil, otot perut, rahim, vagina teregang dan melemah. Senam nifas
untuk membantu mengencangkan otot-otot tersebut dan mencegah nyeri punggung di
kemudian hari dan terjadinya kelemahan otot dasar panggul sehingga ibu tidak
dapat menahan BAK.
D.
Perawatan
Pasca Seksio Sesaria (SC)
Prioritas
keperawatan pasca SC adalah 1) meningkatkan kesatuan & ikatan keluarga, 2)
meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan umum, 3) mencegah/meminimalkan
komplikasi pasca operasi, 4) meningkatkan respon emosional positif dan peran
menjadi orang tua, 5) memberikan informasi perawatan pasca partum.
Tindakan
perawatan pasca SC meliputi :
1.
Pasien
dibaringkan miring di kamar pulih, TTV tiap 15 menit dalam 1 jam pertama, tiap
30 menit dalam 1 jam berikutnya dan selanjutnya tiap 1 jam.
2.
Pasien
tidur dengan muka ke samping, yakinkan kepala tengadah agar jln nafas bebas.
3.
Letakkan
tangan di atas agar mudah mengukur Tekanan Darah..
4.
Analgesi
: Suppositoria : ketoprofen suppositoria 2 kali / 12 jam atau tramadol. Oral : tramadol
/ parasetamol tiap 6 jam, Injeksi petidin 50-75 mg diberikan tiap 6 jam jika
diperlukan.
5.
Mobilisasi
: Pasien dapat menggerakkan kaki dan
tangan serta tubuh sedikit, miring kanan/kiri, duduk pada jam ke 8-12, 24 jam
dapat berjalan, mandi pada hari kedua
6.
Makan
dan minum : peristaltik diperiksa 6 jam pasca operasi, positif à beri minum hangat sedikit, lebih
banyak jika tidak muntah. Pada hari pertama dapat makan lunak / biasa. Infus dapat
dilepas 24 jam pertama. Jika bising usus
positif /telah flatus dapat makan.
7.
Kateter
dapat dilepas 12-24 jam pasca bedah
8. Perawatan luka :
kasa dilihat, jika basah/berdarah harus diganti, umumnya diganti pada hari
ke-3-4 sebelum pulang, selanjutnya diganti setiap hari
E. Pengelolaan
Komplikasi Masa Nifas
Pengelolaan komplikasi nifas, selalu melibatkan tim
kesehatan (dokter, perawat, bidan, dan profesi kesehatan lain) dalam upaya
mencapai kesejahteraan ibu & bayi.
1. Perdarahan Post Partum
Perdarahan
post partum adalah perdarahan melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pencegahan :
manajemen aktif kala III. Perdarahan dapat disebabkan oleh atonia uteri,
robekan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta dan kelainan pembekuan
darah.
Pengelolaan
atonia uteri : 1) Massase fundus uteri, segera sesudah plasenta lahir, 2)
Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah, 3) Mulai lakukan
kompresi bimanual interna (KBI). Jika uterus berkontraksi keluarkan tangan
setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi teruskan KBI hingga 5
menit. 4) Minta keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna, 5) Berikan
metil ergometrin 0,2 mg IM / IV, 6) Berikan infuse RL dan oksitosin 20 UI/500
ml, 7) Mulai lagi kompresi bimanual interna atau pasang tampon uterovagina, 8)
Buat persiapan merujuk segera, 9) Teruskan cairan IV hingga ibu mencapai tempat
rujukan, 9) Persiapkan laparatomi untuk ligasi arteri uterine/hipogastrika atau
histerektomi.
Pengelolaan episiotomy, robekan perineum dan
robekan vulva, dinding vagina dan serviks : pengelolaan dengan dilakukan
penjahitan luka.
Pengelolaan hematoma vulva : 1) hematoma
kecil : tidak dilakukan tindakan operatif, cukup dilakukan kompres, 2) hematoma
besar, lebih-lebih disertai anemia dan presyok, perlu dilakukan pengosongan
hematoma tersebut, mengikat sumber perdarahan, luka sayatan dijahit, dapat
dipasang drain.
Pengelolaan retensio plasenta : dilakukan
manual plasenta, jika plasenta akreta dirujuk ke RS. Pengelolaan sisa plasenta dilakukan
dengan pengeluaran secara manual atau kuretase, selesai pengeluaran sisa
plasenta, dilanjutkan pemberian uterotonika melalui suntikan atau peroral,
antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.
2. Penanganan infeksi nifas
a) Metritis : infeksi uterus setelah persalinan
(endometritis atau endomiometritis). Pengelolaan : pemberian tranfusi,
antibiotika, antitetanus profilaksis, jika dicurigai ada sisa plasenta
(digital/kuretase), bila ada pus dilakukan drainase, bila dengan pengobatan
konservatif tidak ada perbaikan dan ada tanda peritonitis dipersiapkan untuk
laparatomi mengeluarkan pus, jika evaluasi terjadi uterus nekrotik dan septic
persiapan dilakukan histerektomi subtotal.
b) Bendungan Payudara adalah peningkatan aliran limfe pada
payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.
Bila
ibu menyusui bayinya : 1) Susukan sesering mungkin, kedua payudara disusukan, 2)
Kompres hangat payudara sebelum disusukan, 3) Bantu masasse payudara untuk
permulaan menyusui, 4) Sangga payudara, 5) Kompres dingin payudara di antara
wwaktu menyusui, 5) Bila demam tinggi, berikan parasetamol 500 mg/oral setiap 4
jam, 6) Evaluasi tiap 3 hari untuk melihat hasilnya.
Bila ibu tidak menyusui : 1) Sangga payudara,
2) Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit, 3) Bila
diperlukan berikan parasetamol 500 mg peroral tiap 4 jam, 4) Jangan dipijat
atau memakai kompres hangat, 5) Pompa dan kosongkan payudara.
c) Infeksi Payudara
Mastitis
: payudara tegang dan kemerahan
Pengelolaan
: 1) Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. 2) Sangga payudara,
3) Kompres dingin, 4) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg peroral tiap 4
jam, 5) Ibu didorong menyusui bayinya walau ada pus, 6) Ikuti perkembangan 3
hari setelah pengobatan.
Abses
Payudara : terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan
Pengelolaan
: 1) Diperlukan anastesi umum (ketamin), 2) Insisi radial dari tengah dekat
pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI, 3) Pecahkan
kantung pus, 4) Pasang tampon dan drain, diangkat setelah 24 jam, 5) Sangga
payudara, 6) Kompres dingin, 7) Berikan parasetamol 500 mg peroral tiap 4 jam,
8) Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus, 9) Lakukan follow up
setelah pengobatan 3 hari.
d) Abses Pelvis
Pengelolaan
: kolpotomi atau laparatomi, dan pemberian antibiotika
e) Peritonitis
Pengelolaan
: 1) Lakukan pemasangan NGT bila kembung akibat ileus, 2) Pasang infuse ( Na Cl
atau RL) sebanyak 3000 ml, 3) Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama
24 jam, 4) Persiapkan pasien untuk tindakan laparatomi untuk pembersihan perut
(peritoneal lavage) bila terdapat kantong abses.
f) Infeksi luka perineal dan abdominal
1) Bedakan wound abcess, wound seroma, wound hematoma, wound
cellulitis.
2) Bila terdapat pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan
lakukan pengeluaran serta kompres antiseptic.
3) Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan
debridement
4) Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika
5) Bila infeksi relative superficial, berikan ampisilin 500
mg peroral selama 6 jam dan metronidazol 500 mg peroral 3 kali/hari selama 5
hari.
6) Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkan
nekrosis. Beri penisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam (ampisilin inj 1 g 4
x/hari) ditambah gentamisin 5 mg/kg BB perhari IV sekali ditambah Metronidazol
500 mg IV setiap 8 jam, sampai bebas panas 24 jam. Bila ada jaringan nekrotik
harus dibuang. Lakukan jahitan sekunder 2-4 minggu setelah infeksi membaik.
7) Berikan nasihat kebersihan dan pemakaian pembalut yang
berih dan sering ganti.
g) Tromboflebitis dan pelviotromboflebitis
Penanganan
:
Rawat
inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
emboli pulmonum.
Terapi
Medik : Pemberian antibiotika dan heparin jika ada tanda atau dugaan adanya
emboli pulmonum.
Terapi
operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika, jika emboli septic
terus berlangsung sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan
heparinisasi
h) Tromboflebitis femoralis
1) Perawatan : Kaki ditinggikan untuk emngurangi edema,
lakukan kompres pada kaki. Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastic
dan memakai kaos kaki panjang yang elastic selama mungkin.
2) Mengingat kondisi ibu sangat jelek, sebaiknya jangan
menyusui
3) Terapi medik : antibiotik dan analgetik
Pengelolaan masalah psikologis pasca nifas
Depresi postpartum
Depresi postpartum dialami 10% ibu yang baru melahirkan. Depresi
dapat digambarkan sebagai perasaan sedih, galau, tak bahagia, susah atau
kehilangan semangat hidup. Biasanya gejala akan tampak pada bulan pertama
setelah melahirkan hingga bayi berumur satu tahun.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Setelah melahirkan terjadi
perubahan hormonal, kelelahan, berubahnya pola tidur, kurang istirahat,
kebingungan dengan kelahiran bayi, tidak percaya diri mampu merawat bayi,
stress dengan kerja rutin dalam rumah tangga. Sementara banyak perempuan merasa
berkewajiban untuk menjadi super women yang
tidak realistis dan sulit dicapai, hal ini akan menambah stress yang ada. Perasaan
kehilangan identitas diri, perubahan body
image menjadi kurang menarik, kurangnya waktu untuk diri sendiri, dengan
orang yang dicintai, tidak dapatnya mengontrol waktu, harus tinggal di dalam
rumah dalam jangka waktu yang lama. Hal inilah yang menjadi pencetus depresi
ibu post partum.
Gejala depresi : 1) Perasaan sedih, tidak berdaya dan galau, 2)
sering menangis, 3) tidak ada energy dan motivasi hidup, 4) makan terlalu
banyak atau terlalu sedikit, 5) tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, 6)
sulit untuk fokus, mengingat atau mengambil keputusan, 7) rasa tidak berharga
dan bersalah, 8) kehilangan semangat atau kenyamanan dalam beraktifitas, 9)
menjauhkan diri dari teman atau keluarga, 10) sakit kepala, nyeri di dada,
jantung berdebar-debar dan nafas cepat. Setelah melahirkan, gejala lain dari
depresi dapat termasuk ketakutan untuk menyakiti bayi dan dirinya sendiri (rasa
ingin bunuh diri) dan tidak ada ketertarikan pada bayi.
Pengelolaan : 1) Menjalin hubungan baik dengan keluarga
dalam mengembangkan upaya menjalin kasih sayang dengan bayinya, 2) Berikan
dukungan emosional dan spiritual, 3) Lakukan kolaborasi untuk perawatan depresi
: (a) Terapi bicara, adalah sesi bicara dengan terapis, psikolog atau pekerja
sosial untuk mengubah apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh ibu
akibat menderita depresi. (b) Terapi Obat. Obat anti depresi yang diresepkan
oleh dokter. Sebelum mengkonsumsi obat anti depresi sebaiknya didiskusikan
benar, obat mana yang tepat dan aman bagi bayi untuk dikonsumsi oleh ibu
menyusui.
Berikan advis : (1) Banyak
istirahat (tidurlah selama bayi tidur), (2) Hentikan membebani diri sendiri
untuk melakukan semuanya sendiri. Kerjakan apa yang dapat dilakukan dan
berhenti saat merasa lelah. Biarkan pekerjaan yang tersisa dilakukan kemudian,
(3) Mintalah bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan pemberian ASI
pada waktu malam hari. (4) Bicarakan dengan suami, keluarga,dan teman mengenai
perasaan yang dimiliki. (5) Jangan sendirian dalam jangka waktu lama. Berdandan
dan keluarlah dari rumah. Pergilah atau jalan-jalan ke suatu tempat untuk
merubah suasana hati, (6) Bicaralah dengan orang tua (ibu) agar dapat bertukar
pikiran dan sharing pengalaman. (7) Jangan
membuat perubahan hidup yang sangat drastis, seperti pindah kerja, pindah rumah,
dan lain-lain, (8) Bila ada perubahan drastis yang tidak dapat dielakkan,
buatlah persiapan yang matang.
Dampak depresi pada bayi. Stress serta sikap tidak tulus ibu yang
terus menerus diterima oleh bayi kelak bisa membuatnya tumbuh menjadi anak yang
mudah menangis, cenderung rewel, pencemas sekaligus pemurung dan mudah sakit. Depresi
pasca melahirkan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk merawat bayinya. Ibu
kurang tenaga, tidak dapat berkonsentrasi, gusar terus menerus dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan bayi akan cinta dan perhatian. Akibatnya penderita akan
merasa bersalah dan kehilangan rasa percaya diri akan kemampuannya sebagai ibu,
dimana perasan ini dapat memperburuk kondisi depresinya.
F. Program Tindak Lanjut Nifas di Rumah
Tujuan kunjungan rumah adalah : 1)
mengevaluasi kesejahteraan ibu dan janin, 2) mengevaluasi kemampuan ibu merawat
diri dan bayi, serta penerimaan peran menjadi orang tua, 3) memberikan
konseling dan pendidikan kesehatan yang diperlukan.
Kunjungan I (hari ke 1-7) : 1) mengkaji
pemberian ASI, 2) mendeteksi adanya komplikasi nifas, 3) pendidikan kesehatan
tanda bahaya bagi ibu dan bayi serta rencana menghadapi keadaan darurat.
Kunjungan II (hari ke 8-28) : 1) Pendidikan
kesehatan tentang diet, 2) kebersihan/perawatan diri terutama putting susu dan
perineum, 3) Senam, 4) kebutuhan istirahat dan tidur, 5) Keluarga Berencana, 6)
deteksi komplikasi nifas.
Kunjungan III (hari ke 29-42) : 1) Evaluasi
fisik, 2) Gizi, 3) menentukan & menyediakan alat KB, 4) Senam, 5)
Ketrampilan merawat anak
G. Amankah Perawatan Tradisional Pasca Persalinan?
1.
Jamu
bersalin.
Ibu
yang baru melahirkan boleh mengkonsumsi jamu bersalin. Namun, bagi yang
memiliki gangguan fungsi hati, sebaiknya tidak mengkonsumsi jamu, mengingat
jamu dimetabolisme di hati. Manfaat jamu bisa membantu agar proses nifas
berlangsung tepat waktu, yakni kurang lebih 40 hari.
Jika
ibu sedang mengkonsumsi obat dokter, sebaiknya, diskusikan dulu pada dokter apakah boleh mengkonsumsi
jamu bersalin atau tidak. Jika boleh, jangan konsumsi jamu bersama-sama dengan
obat dokter. Mungkin, perlu diberi jeda waktu 1-2 jam. Jamu, walaupun sedikit,
pasti keluar di ASI. Jika bayi menjadi diare, berarti bayi
tidak toleran terhadap jamu bersalin yang diminum ibunya.
2.
Pilis,
digunakan dengan cara mengoleskannya memanjang menutupi dahi. Manfaatnya
diyakini untuk menghilangkan rasa pening, menjaga kesehatan mata, mengobati
sakit kepala, dan mencegah naiknya darah putih ke kepala
Sebenarnya, dari
segi kesehatan, manfaatnya agak meragukan. Pening yang dirasakan ibu yang
baru melahirkan, mungkin karena kurang tidur. Istilah darah putih naik ke
kepala juga tidak ada. Gangguan mata, seperti pandangan kabur, bisa karena
kurang istirahat, atau ibu mengalami pre eklampsia.
3.
Param. Digunakan
dengan cara mengoleskannya ke seluruh tubuh, kecuali daerah payudara dan perut.
Tujuannya diyakini untuk mengatasi pembengkakan yang dialami oleh
ibu yang baru melahirkan.
Ibu yang baru melahirkan boleh
menggunakan param, sejauh kulitnya tidak sensitif dan paramnya tidak terlalu
kental. Param punya efek menghangatkan. Jika terlalu hangat, bisa “membakar”
kulit. Jadi, perhatikan cara memakainya. Param bisa membantu mengurangi rasa
pegal pada otot-otot tangan dan kaki ibu yang baru melahirkan, karena
bisa mengatasi bengkak yang terjadi di sana. Param “bekerja”
pada otot.
4.
Tapel. Dicampur
dengan kapur sirih dan air jeruk nipis, dibalurkan pada perut sebelum ibu
mengenakan bengkung/stagen. Tujuannya diyakini untuk mengurangi rasa
sakit-sakit di perut, mengempiskan perut serta memulihkan kondisi kulit perut.
Jika ibu
bersalin secara alami boleh menggunakan tapel. Jika ibu bersalin lewat operasi,
tapel tidak boleh digunakan sampai luka operasinya dinyatakan baik oleh dokter,
atau kira-kira sampai 2 minggu setelah melahirkan. Namun pemakaian tapel ini
sebaiknya tidak kena daerah yang ada luka operasinya.
Tapel
menghangatkan perut yang membuat usus bekerja atau berkontraksi lebih cepat
sehingga angin yang berada di dalamnya bisa keluar dengan mudah, sendawa lebih
mudah dan perut terasa kempis. Air kapur sirih dan jeruk nipis memiliki sifat
anti selulit. Hanya saja, kalau kulitnya sensitif, atau terlalu banyak kapur
sirihnya, maka bisa timbul luka bakar. Tapel sifatnya membantu proses
pembakaran lemak bawah kulit. Kalau lemaknya berkurang, kulit yang tadinya
meregang juga lebih cepat bertemu.
5.
Bengkung
/ stagen. Alat ini umumnya terbuat dari kain. Ukurannya beragam. Kini
sudah ada bentuk yang lebih praktis dan mudah digunakan. Manfaatnya untuk
membantu mengempiskan perut dan membuang angin dalam rongga perut.
Ibu
pasca bersalin boleh memakai bengkung, asal cara memakainya benar, terutama
untuk ibu yang bersalin lewat operasi. Bengkung sebaiknya dimulai dari
bagian bawah luka operasi (setinggi panggul) sampai sedikit di atas pusar.
Jangan terlalu tinggi, karena di situ ada lambung dan paru-paru. Luka operasi
yang tertekan bengkung efeknya sama dengan tulang patah yang digips. Luka jadi
diam dan rapat sehingga cepat menutup. Untuk ibu yang bersalin normal,
gerak geriknya jadi perlahan, dan duduk juga tidak mengangkang. Hal ini baik
untuk pemulihan luka.
Cara
paling efektif untuk mengempiskan perut adalah dengan senam nifas untuk melatih
otot perut, dan mengurangi konsumsi lemak. Pemakaian bengkung sifatnya hanya
membuat perut terasa lebih nyaman. Selain itu, bengkung juga membantu
penyerapan tapel sehingga efek pembakar lemaknya bekerja lebih efektif. Sama
seperti orang habis creambath yang kepalanya ditutup handuk.
Bengkung
sebaiknya tidak dipakai setiap hari karena kulit perlu bernapas. Jadi,
malam hari sebaiknya dibuka saja. Untuk hasil optimal, bengkung dipakai
sampai 3 bulan.
6. Body massage dan masker scrubbing, boleh dilakukan.
Body
massage : Pemijatan seluruh tubuh untuk mengatasi kelelahan fisik pada bagian
kaki, punggung dan tubuh secara keseluruhan juga untuk mengembalikan bentuk
tubuh yang kendur setelah melahirkan agar kembali ke bentuk semula
Masker
Scrubbing ditujukan untuk mengangkat sel-sel kulit mati akibat hormon selama
kehamilan dan masker untuk pengencangan kulit yang kendur setelah proses
melahirkan, sehingga setelah perawatan ibu bisa kembali segar seperti
sebelumnya.
H. Penutup
Masa
nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi, untuk itu diperlukan asuhan masa
nifas yang berkualitas agar dapat
mencegah morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Upaya meningkatkan
kesejahteraan ibu dan bayi adalah tanggung jawab kita semua… tenaga kesehatan,
klien, keluarga dan masyarakat.
Sumber :
Depkes RI, 2006, Buku Panduan Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar,
Jakarta : Depkes RI
Doengoes, ME & Moorhouse, M.F. 2001. Terjemahan Monica Esther, Rencana Perawatan maternal / Bayi.
Jakarta : EGC Kedokteran.
Fareer, Helen, 2001, Perawatan
Maternitas, Jakarta : EGC.
Saifudin B, 2002. Buku acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan maternal dan Neonatal, Jakarta : YBPS
Soeharto, Dewi P.S, 2012, Amankah
Perawatan Tradisional Pasca Persalinan? majalah Ayah Bunda. www.ayahbunda.co.id/Artikel/Kelahiran/Gizi. diunduh tanggal 1 Juni 2012
Winkjosastro, 2007, Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar