KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF

KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF
BERBAGI ILMU

Jumat, 19 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN RUPTUR UTERI



BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Perlukaan pada jalan lahir dapat terjadi pada wanita yang telah melahirkan bayi setelah masa persalinan berlangsung. Persalinan adalah proses keluarga seorang bayi dan plasenta dari rahim ibu. Jika seseorang ibu setelah melahirkan bayinya mengalami perdarahan. Maka hal ini dapat diperkirakan bahwa perdarahan tersebut disebabkan oleh retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap. Pada keadaan ini di mana plasenta lahir lengkap dan kontraksi uterus membaik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan dari jalan lahir. Perlukaan ini dapat terjadi oleh karena kesalahan sewaktu memimpin suatu persalinan, pada waktu persalinan operatif melalui vagina seperti ekstraksi cunem, ekstraksi vakum, embrotomi atau traume akibat alat-alat yang dipakai. Selain itu perlukaan pada jalan lahir dapat pula terjadi oleh karena memang disengaja seperti pada tindakan episiotomi. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya robekan perinium yang luas dan dalamnya disertai pinggir yang tidak rata, di mana penyembuhan luka akan lambat dan terganggu.
Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi yang berasal dari faktor ibu adalah penyulit kehamilan seperti ruptur uteri. Ruptur uteri merupakan salah satu ben­­tuk perdarahan yang terjadi pada ke­ha­mil­an lanjut dan persalinan, selain pla­senta pre­via, solusio plasenta, dan gangguan pem­­­bekuan darah. Pe­nye­­bab kematian janin dalam rahim pa­ling ting­­gi oleh karena faktor ibu yaitu ibu de­ngan penyulit kehamilan ruptur uteri.
Terjadinya ruptura uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinnya kematian ibu dan anak karena ruptur uteri masih tinggi. Insidens dan angka kematian yang tertinggi kita jumpai di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Afrika dan Asia. Angka ini sebenernya dapat diperkecil bila ada pengertian dari para ibu dan masyarakat. Prenatal care, pimpinan partus yang baik, disamping fasilitas pengangkutan dari daerah-daerah perifer dan penyediaan darah yang cukup juga merupakan faktor yang penting.
2.      TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk.
o   Tugas belajar mengajar pada mata kuliah Sistem Reproduksi
o   Guna memberikan wawasan kepada para pembaca supaya dapat memahami dan mengerti tentang perlukaan jalan lahir beserta perawatannya.
o   Mahasiswa Mampu :
-        Menjelaskan pengertian Ruptur Uteri.
-        Menjelaskan Etiologi Ruptur Uteri
-        Menyebutkan Penyebab dan Klasifikasi Ruptur Uteri.
-        Menyebutkan Mekanisme dari Ruptur Uteri.
-        Menjelaskan Gejala Klinis Ruptur Uteri.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1.      PENGERTIAN

Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal )

Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral. ( Obstetri dan Ginekologi )

2.      ETIOLOGI
a.       Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
b.      Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
c.       Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ).
            ( Helen, 2001 )

3.      KLASIFIKASI
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
A.     Menurut waktu terjadinya
a)      Ruptur Uteri Gravidarum
-        Waktu sedang hamil
-        Sering lokasinya pada korpus
b)      Ruptur Uteri Durante Partum
-        Waktu melahirkan anak
-        Ini yang terbanyak

B.     Menurut lokasinya
a)      Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi  seperti seksio sesarea klasik ( korporal ), miemoktomi
b)      Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya  terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya
c)      Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan  ekstraksi forsipal atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap
d)     Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks dan vagina


C.     Menurut robeknya peritoneum
a)      Ruptur uteri Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya ( perimetrium ) ; dalam hal ini  terjadi hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya peritonitis
b)      Ruptru Uteri Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek peritoneumnya. Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas ke  ligamentum latum
D.    Menurut etiologinya
a)      Ruptur uteri spontanea
Menurut etiologinya dibagi menjadi dua :
1.      Karena dinding rahim yang lemah dan cacat
-        bekas seksio sesarea
-        bekas miomectomia
-        bekas perforasi waktu keratase
-        bekas histerorafia
-        bekas pelepasan plasenta secara manual
-        pada gravida dikornu yang rudimenter dan graviditas interstitialis
-        kelainan kongenital dari uterus
-        penyakit pada rahim
-        dinding rahim tipis dan regang ( gemelli & hidramnion )
2.      Karena peregangan yang luar biasa dari rahim
-        pada panggul sempit atau kelainan bentuk dari panggul
-        janin yang besar
-        kelainan kongenital dari janin
-        kelainan letak janin
-        malposisi dari kepala
-        adanya tumor pada jalan lahir
-        rigid cervik
-        retrofleksia uteri gravida dengan sakulasi
-        grandemultipara dengan perut gantung ( pendulum )
-        pimpinan partus salah
b)      Ruptur uteri violenta
Karena tindakan dan trauma lain :
-        Ekstraksi forsipal
-        Versi dan ekstraksi
-        Embriotomi
-        Braxton hicks version
-        Sindroma tolakan
-        Manual plasenta
-        Kuretase
-        Ekspresi kristeller atau crede
-        Trauma tumpul dan tajam dari luar
-        Pemberian piton tanpa indikasi dan pengawasan
E.     Menurut simtoma klinik
o   Ruptura uteri imminens (membakat=mengancam); penting untuk diketahui. Gejala klinis akan dibicarakan kemudian.
o   Ruptura uteri (sebenarnya).

4.      MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
a.       Dramatis
o   Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak
o   Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
o   Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
o   Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
o   Bagian  presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
o   Janin dapat tereposisi atau terelokasi  secara dramatis dalam abdomen ibu
o   Bagian janin lebih mudah dipalpasi
o   Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
o   Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
b.      Tenang
o   Kemungkinan terjadi muntah
o   Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
o   Nyeri berat pada suprapubis
o   Kontraksi uterus hipotonik
o   Perkembangan persalinan menurun
o   Perasaan ingin pingsan
o   Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
o   Perdarahan vagina ( kadang-kadang )Tanda-tanda syok progresif
o   Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
o   DJJ mungkin akan hilang


4.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Pemeriksaan Umum. Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari kehilangan darah akut, biasanya perdarahan eksterna dan perdarahan intra abdomen
  2. Pemeriksaan Abdomen. Sewaktu persalinan, kontur uterus yang abnormal atau perubahan kontur uterus yang tiba-tiba dapat menunjukkan adanya ekstrusi janin. Fundus uteri dapat terkontraksi dan erat dengan bagian-bagian janin yang terpalpasi dekat dinding abdomen diatas fundus yang berkontraksi. Kontraksi uterus dapat berhenti dengan mendadak dan bunyi jantung janin tiba-tiba menghilang. Sewaktu atau segera melahirkan, abdomen sering sangat lunak, disertai dengan nyeri lepas mengindikasikan adanya perdarahan intraperitoneum
  3. Pemeriksaan Pelvis. Menjelang kelahiran, bagian presentasi mengalami regresi dan tidak lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami ekstrusi ke dalam rongga peritoneum. Perdarahan pervaginam mungkin hebat.
4.      Laparoscopy : untuk menyikapi adanya endometriosis atau kelainan bentuk panggul / pelvis.
5.      Pemeriksaan laboratorium.
-        HB dan hematokrit untuk mengetahui batas darah HB dan nilai hematikrit untuk menjelaskan banyaknya kehilangan darah. HB < 7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan anemia berat.
6.      Urinalisis : hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih.


7.      KOMPLIKASI
o   Perdarahan
o   Syok Hipovolemik
o   Infeksi
o   Kematian ibu & bayi
 
1.      PENATALAKSANAAN

o   Berikan segera cairan isotonic(ringer lakta atau garam fisiologi) 500ml dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomy.
o   Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta.
o    Bila konservasi uterus masih di perlukan dan kondisi jaringan memungkinkan,lakukan reprarasi uterus
o    Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkawatirkan lakukan histerektomi
o   Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drai dari kavum abdomen
o   Anti biotic dan serum anti tetanus
o   Bila terdapat tanda-tanda infeksi(demam,mengigil,darah bercampur cairan ketuban berbau,hasil apusan atau biakan darah). segera berikan anti biotika sefektrum luas Bila terdapat tanda- tanda trauma alat genetalia atau luka yang kotor,tanyakan saat terakir mendapat tetanus toksoid.Bila hasil anamnesis tidak dapat memastikan perlindungan terhadap tetanus,berikan serum anti tetanus  1500 IU/IM dan TT 0,5 m IM
(Sarwono Prawiroharrdjo,2007:170)

2.      ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
1.      Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam vol.cairan tubuh seimbang/kembali normal

           Intervensi Keperawatan
No
Intervensi
Rasional
1.
Kolaborasi pemberian transfusi darah.
Mengganti volume cairan tubuh yang hilang.
2.
Pantau intake dan output
Dengan mengetahui intake dan output cairan diketahui keseimbangan cairan dalam tubuh
3.
Setelah 24 jam anjurkan untuk minum tiap jam
Minum yang sering dapat menambah pemasukan cairan melalui oral.
3.
Kolaborasi pemberian cairan infuse
pemberian cairan infus dapat mengganti jumlah cairan elektrolit yang terbuang, sehingga dapat mencegah keadaan yang lebih buruk pada ibu.
4.
Pantau TTV serta tanda-tanda dehidrasi
tekanan darah turun, suhu meningkat, dan nadi meningkat merupakan tanda-tanda dehidrasi dan hipovolemia. Dan dengan mengobservasi tanda-tanda kekurangan cairan dapat diketahui sejauh mana kekurangan cairan pada ibu.


1.      Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, terputusnya kontinuitas jaringan dan syaraf pada dinding uterus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam kebutuhan rasa nyaman terpenuhi/ nyeri berkurang

IntervensiKeperawatan

No
Intervensi
Rasional
1.
Tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemoragic dan nyeri tekan abdomen
Membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan
2.
Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas (relaksasi) untuk mengalihkan nyeri
Teknik relaksasi dapat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa nyeri.
3.
Kuatkan dukungan sosial/ dukungan keluarga.
Dengan kehadiran keluarga akan membuat klien nyaman, dan dapat mengurangi tingkat kecemasan dalam melewati persalinan, klien merasa diperhatikan dan perhatian terhadap nyeri akan terhindari
4.
Kolaborasi pemberian  narkotik,  sedative, analgesik sesuai instruksi dokter
Pemberian narkotik, sedative, analgesik dapat mengurangi nyeri hebat.

 
BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Ruptur Uteri merupakan suatu robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ) dimana yang menjadi penyebabnya adalah riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus, induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama serta presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ) ( Helen, 2001 ) dengan Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara yaitu : Menurut waktu terjadinya, Menurut lokasinya, Menurut robeknya peritoneum, Menurut etiologinya, dan Menurut simtoma klinik

DAFTAR PUSTAKA

1.      Fraser, Margareth A. Cooper. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC
2.      Johnson, Ruth. 2005, Buku Ajar Praktik Kebidanan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG
3.      Rohani, SST, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba medika.
4.      Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5.      Wirakusumah, Firman F.dkk. 2011, Obstetri Fisiologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
6.      RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR, Surabaya
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar