Angka
infeksi pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun di Indonesia relatif
tinggi. Bahkan, beberapa penyakit infeksi seperti diare dan pneumonia bisa
menyebabkan kematian pada anak. Karena itu, imunisasi perlu diberikan kepada
anak-anak untuk melindungi mereka dari berbagai penyakit.
Sehat
bukan berarti hanya bebas dari penyakit atau hanya sehat fisik, mental atau
sosial. "Anak sehat berarti mereka mempunyai kemampuan memperoleh potensi
tertinggi di dalam hidupnya,"
Masalah
kesehatan anak sebenarnya seperti puncak gunung es, yang terlihat hanya
sebagian kecil dari masalah sebenarnya yang lebih besar. Masalah perinatal dan
infeksi masih menjadi masalah utama kesehatan anak di Indonesia saat ini.
Kesehatan anak yang terintegrasi sangat penting untuk mengatasi masalah
kesehatan anak serta memperoleh potensi hidup optimal. Oleh karena itu, perlu
kekuatan semua pihak agar mewujudkan keadaan anak yang dilahirkan selamat, anak
sehat dan tumbuh serta berkembang optimal.
Imunisasi
bisa mencegah beberapa penyakit infeksi yang bisa menyebabkan kematian dan
kecacatan, dan penyebaran infeksi. Program imunisasi telah dilakukan sejak lama
dan di hampir seluruh negara di dunia dengan pola pemberian dan jadwal
imunisasi disesuaikan dengan pola epidemiologi penyakit serta pembiayaan
program tiap negara.
Imunisasi
merangsang sistem imunologi tubuh membentuk antibodi spesifik sehingga dapat
melindungi tubuh dari serangan penyakit. Imunisasi dan ASI merupakan bentuk
tanggung jawab orang tua untuk kesehatan anaknya, ujarnya.
Namun
ada beberapa kendala dalam imunisasi bayi antara lain, negara-negara berkembang
sangat tertinggal dalam cakupan imunisasi, sulitnya menjangkau populasi yang
tidak dapat terakses dan yang menolak imunisasi. Kendala lain adalah, adanya
persepsi negatif terhadap imunisasi, kegagalan vaksin baru, dan keraguan
tentang keamanan imunisasi.
Pemikiran
negatif atau pro dan kontra mengenai imunisasi sebenarnya bukan hal baru dan
terjadi di berbagai negara sejak pertama kali diperkenalkan Edward Jenner di
Inggris di awal tahun 1800-an. Masalah pemberian imunisasi biasanya muncul
dalam hal keamanan. Hal ini sangat tergantung pada praktik di lapangan
misalnya, vaksin tidak dikocok dengan benar sehingga setelah disuntik jadi
mengeras, sering terjadi kesalahan dalam menyimpan vaksin sehingga tidak bisa
bekerja efektif, ujarnya. (Sumber: Kompas 22 Juli 20009)
Imunisasi
Dasar pada Bayi
Berikut adalah lima imunisasi
dasar yang wajib diberikan sejak bayi:
1.
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin) sekali
untuk mencegah penyakit Tuberkulosis. Diberikan segera setelah bayi lahir di
tempat pelayanan kesehatan atau mulai 1 (satu) bulan di Posyandu.
2.
Imunisasi Hepatitis B sekali untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang
ditularkan dari ibu ke bayi saat persalinan.
3.
Imunisasi DPT-HB 3 (tiga) kali untuk mencegah
penyakit Difteri, Pertusis (batuk rejan), Tetanus dan Hepatitis B. Imunisasi
ini pertama kali diberikan saat bayi berusia 2 (dua) bulan. Imunisasi berikutnya
berjarak waktu 4 minggu. Pada saat ini pemberian imunisasi DPT dan Hepatitis B
dilakukan bersamaan dengan vaksin DPT-HB.
4.
Imunisasi polio untuk memberikan kekebalan
terhadap penyakit polio. Imunisasi Polio diberikan 4 (empat) kali dengan jelang
waktu (jarak) 4 minggu.
5.
Imunisasi campak untuk mencegah penyakit campak.
Imunisasi campak diberikan saat bayi berumur 9 bulan.
Efek
samping Imunisasi
Imunisasi kadang
mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan vaksin
betul-betul bekerja secara tepat. Efek samping yang biasa terjadi adalah
sebagai berikut:
·
BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi
pembengkakan kecil dan merah di tempat suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian
pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah
±10 mm. Luka akan sembuh sendiri dengan meninggalkan luka parut kecil.
·
DPT: Kebanyakan bayi menderita panas
pada sore hari setelah imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam
waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat
suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan
khusus, dan akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu
diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan, dan imunisasi
tidak perlu diulang.
·
Polio: Jarang timbuk efek samping.
·
Campak: Anak mungkin panas, kadang
disertai kemerahan 4–10 hari sesudah penyuntikan.
·
Hepatitis B: Belum pernah dilaporkan
adanya efek samping.
Imunisasi
Tambahan
Selain imunisasi wajib
(vaksin BCG, polio tetes minum (polio oral), DPT, hepatitis B dan campak) yang
direkomendasi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Anda juga perlu tahu
imunisasi yang dianjurkan.
Imunisasi yang
dianjurkan ini diteliti bisa mencegah berbagai penyakit, antara lain: radang
paru-paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), campak Jerman,
Hepatitis A, dan kanker mulut rahim.
Vaksin tersebut belum
masuk dalam daftar imunisasi PPI dan tidak disubsidi pemerintah –sehingga
disebut tidak wajib atau ‘hanya’ dianjurkan saja. Jadi perbedaannya bukan
masalah perlu atau tidak perlu, lho, sahabat blogger.
Jadi? Imunisasi wajib
adalah vaksin minimal yang harus didapat anak dengan fasilitas disediakan
pemerintah. Sedang tambahannya, bila mampu, baik sekali jika juga diberikan
pada anak. Apa saja imunisasi yang dianjurkan?
1. Hib
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus
Haemophilus influenza type B, yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan
epiglotitis (infeksi pada katup pita suara dan tabung suara).
Waktu pemberian: Umur 2, 4, 6, dan 15
bulan.
Catatan
khusus: Bisa diberikan secara terpisah atau kombinasi.
2. Pneumokokus
(PCV)
Manfaat: Melindungi tubuh dari bakteri
pnemukokus yang bisa menyebabkan meningitis, pneumonia, dan infeksi telinga.
Waktu pemberian: Umur 2, 4, 6 bulan,
serta antara 12 - 15 bulan.
Catatan
khusus: Kalau mama belum memberikannya hingga usia anak di atas 1 tahun, PCV
hanya diberikan dua kali dengan interval 2 bulan. Jika usia anak sudah 2 - 5
tahun, PCV hanya diberikan 1 kali.
Efek Samping:
Biasanya muncul demam ringan, kurang
dari 380c, rewel, mengantuk, nafsu makan berkurang, muntah, diare, dan muncul
kemerahan pada kulit. Reaksi ini terbilang umum dan wajar karena bisa hilang
dengan sendirinya.
3. Influenza
Manfaat: Melindungi tubuh dari beberapa
jenis virus influenza.
Waktu pemberian: Setahun sekali sejak
usia 6 bulan. Bisa terus diberikan hingga dewasa.
Catatan
khusus: Untuk usia di atas 2 tahun, vaksin bisa diberikan dalam bentuk
semprotan pada saluran pernapasan.
Efek samping yang sering adalah nyeri
pada lokasi suntikan. Selain itu juga dapat ditemukan demam, malaise dan
mialgia. Efek samping ini dapat terjadi beberapa jam setelah imunisasi dan
menghilang setelah 1-2 hari. Pada anak <5 tahun efek samping ini mungkin
lebih jelas. Kejadian ikutan pascaimunisasi juga dapat menyerupai influenza.
Kejadian ikutan pascaimunisasi sistemik akut seperti anafilaksis, angio-edema,
asma dan urtikaria jarang terjadi. Gejala tersebut timbul sebagai respons
alergik terhadap komponen residu proses pembuatan, terutama protein telur.
4. MMR
(Measles, Mumps, Rubella)
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus
campak, gondok, dan rubella (campak Jerman).
Waktu pemberian: Usia 15 bulan, dan
diulang saat anak berusia 6 tahun.
Catatan
khusus: Bisa diberikan pada umur 12 bulan, jika belum mendapat campak di usia 9
bulan.
5. Rotavirus:
untuk mencegah diare berat akibat Rotavirus, yang mengakibatkan bayi muntah mencret
hebat, kekurangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,
sehingga banyak menyebabkan kematian.
Vaksin Rotavirus di teteskan perlahan ke
mulut bayi mulai umur 2, 4 (dan 6 bulan), tergantung jenis vaksin.
Di Indonesia ada 2 merek inusisasi
rotavirus yang beredar. Yang pertama rotavirus yang diproduksi oleh
GlaxosmithKline(GSK). Vaksin ini diberikan per oral (diteteskan ke mulut).
Rotarix diberikan sebanyak 2 kali, mulai bayi usia 6 minggu dosis ke-2
diberikan dengan interval minimal 4 minggu dari dosis pertama sebelum usia bayi
24 minggu.
Merek yang kedua, Rotateq diproduksi
oleh MERCK. Vaksin ini juga diberikan secara per oral,diberikan dalam 3 dosis .
dosis pertama pada bayi usia 6-12 minggu . Dosis keduadan ketiga diberikan
dengan interval 4-10 minggu. Semua dosis diberikan pada bayi sebelum usia 32
minggu.
Siapa
yang tidak boleh mendapat Imunisasi Rotavirus ?
a. Bayi
yang alergi dengan komponen pada vaksin
b. Intussusepsi
(kondisi sebagian usus yang terlipat sehingga menyebabkan sumbatan pada usus)
c. Kelainan
bawaan pada saluuran cerna yang meningkatkan resiko terjadinya intususepsi
d. Menderita
penyakit imunodefisiensi atau dalam kondisi respon imun (menderita
kanker,HIV,minum obat imunosupresan)
Efek
samping imunisasi rotavirus
Efeksamping
yang dapat ditemukanpada bayi pasca imunisasi rotavirus termasuk iritabel,
pilek, muntah, penurunan nafsu makan dan demam.
6. Tifoid
Manfaat: Melindungi tubuh dari bakteri
Salmonella typhi yang menyebabkan demam tifoid (tifus).
Waktu pemberian: Pada umur di atas 2
tahun, dan diulang setiap 3 tahun.
Catatan
khusus: Terdapat dua jenis, yaitu oral dan suntik. Tifoid oral diberikan pada
anak di atas 6 tahun.
7. Hepatitis
A
Manfaat: Melindungi tubuh dari virus
Hepatitis A, yang menyebabkan penyakit hati.
Waktu pemberian: Pada umur di atas 2
tahun, dua kali dengan interval 6 - 12 bulan.
8. Varisela
Manfaat: Melindungi tubuh dari cacar air
Waktu pemberian: Pada umur di atas 5
tahun.
9. HPV
(Humanpapilloma Virus)
Manfaat: Melindungi tubuh dari
Humanpapilloma Virus yang menyebabkan kanker mulut rahim.
Waktu pemberian: Pada anak umur di atas 10 tahun,
diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1-2 bulan kemudian, serta 6 bulan kemudian.
Keterangan Jadwal
Imunisasi Periode 2010
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Sumber
: Sari Pediatri Vol.11 No.6, April 2010
|
Ringkasan:
1. Jenis
Imunisasi yang wajib dilakukan adalah DPT, BCG, hepatitis B (HIB), campak dan
Polio,
2. Jenis
Imunisasi Tambahan yang penting dilakukan adalah Hib, PCV, MMR, Influenza, HPV,
Rotavirus, Varisela, Hepatitis A dan Tifoid
TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG SAYA DAN SEMOGA BERMANFAAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar