KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF

KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF
BERBAGI ILMU

Jumat, 19 Desember 2014

MANAGEMEN KEPERAWATAN FENOMENA KEPEMIMPINAN




BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit secara menyeluruh, yang sekaligus merupakan tolak ukur keberhasilan pencapaian tujuan rumah sakit, bahkan sering menjadi faktor penentu citra rumah sakit di mata masyarakat. Hal ini bekaitan dengan kepemimpinan perawat dalam pelayanan keperawatan dan tuntutan profesi sebagai tuntutan global, bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional, dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia.
Peran dan fungsi perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun luar profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan peneliti. Melihat fungsinya yang luas sebagaimana tersebut di atas, maka perawat profesional harus dipersiapkan dengan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kepemimpinan. Pemimpin keperawatan dibutuhkan baik sebagai pelaksana asuhan keperawatan, pendidik, manajer, ahli, dan bidang riset keperawatan (Aziz Alimul, 2004).
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan bagian dari sistem manajemen keperawatan, dimana bagian dari sistem manajemen keperawatan mencakup: pengumpulan data, perencanaan, pengaturan, kepegawaian, kepemimpinan dan pengawasan. Konsep kepemimpinan dalam keperawatan adalah sebagai penerapan pengaruh dan bimbingan, yang ditunjukan kepada semua staf keperawatan, untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan, sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan pelayanan keperawatan secara efektif dan efisien, sedangkan manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui anggota staf keperawatan, untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga keduanya dapat saling menopang (Imanuddin, 2009).


Fungsi dari kepemimpinan dalam manajemen pada umumnya diartikan hanya berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas. apabila posisi sebagai ketua tim, kepala ruangan atau perawat pelaksana dalam suatu ruang, maka diperlukan pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas (Sriyanti, 2003).
Tujuan
1.      Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep kepemimpinan
2.      Mahasiswa mengetahui tentang kepemimpinan yang baik
3.      Mahasiswa mampu mengetahui tentang fenomena kepemimpinan di rumah sakit

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Pengertian
Menurut Gillies (1994), dalam Arwani (2006), mendefinisikan kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya, yaitu to lead, yang mempunyai arti beragam, seperti untuk memandu (to guide), untuk menjalankan dalam arah tertentu (to run in a specific direction), untuk mengarahkan (to direct), berjalan didepan (to go at the head of), menjadi yang pertama (to be first), membuka permainan (to open play), dan cenderung kehasil yang pasti (to tend toward a de).
Weirich dan Koontz (1993) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni atau proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka bersedia dengan kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Hellriegel dan Slocum (1992) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain uantuk mencapai tujuan.
Singkatnya kepemimpinan adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang yang dalam hubungan antar manusia untuk mempengaruhi (influence) orang lain dan diaarahkan melalui proses komuniksi dengan maksud mencapai tujuan bersama.
B.      Teori Kepemimpinan

1.      Teori “ Trait “ (Bakat)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pimpinan dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain, teori ini disebut dengan “Great Man Theory”. Banyak peneliti tentang riwayat kehidupan Great Man Theory. Tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan hanya pembawa sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan dampak atau pengaruh dari siapa pengasuh. Situasi, dan lingkungan lainnya (Marqus dan Huston,1998 dalam Arwani 2006).
Swanburg (2001) menyatakan ciri – ciri pemimpin menurut teori bakat adalah:
a) inteligensi : Sifat yang berhubungan dengan inteligensi termasuk pengetahuan, ketegasan, dan kelancaran berbicara. Menyadari bahwa pengetahuan dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah satu faktor terpenting dalam keefektifan pemimpin.
b) Kepribadian : sifat kepribadian seperti kemampuan beradaptasi, kepercayaan diri, kreativitas dan integritas personal dihubungkan dengan kepemimpinan yang efektif. Seorang pemimpin adalah orang yang efektif mengetahui bagaimana memotivasi semangat kerja para pekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
c) Kemampuan : Seorang pemimpin mempunyai cukup kepopuleran, kemasyuran, dan keterampilan interpersonal untuk memberikan symbol, memperluas, memperdalam kesatuan kolektif diantara anggotanya dalam system tersebut.
2.      Teori Perilaku
Nursalam (2002) menyatakan bahwa teori perilaku lebih menekankan kepada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah perilaku otoriter ke demokrat atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai.
Tentang teori prilaku terdapat teori X dan teori Y dari McGregor yang dihubungkan dengan motivasi dari Moslow yang menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang mengadakan interaksi dengan dunia individu lain (Swanburg, 2000).
C.     Gaya Kepemimpinan
Gillies (1970) dalam Nursalam (2000) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pimpinan itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun – tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dan berbeda – beda. Gaya yang dikembangkan oleh seorang pemimpin dipengaruhi oleh tiga faktor utama. Ketiganya akan menentukan sejauh mana ia akan melakukan pengawasan terhadap kelompok yang dipimpin. Faktor kekuatan yang pertama bersumber pada dirinya sendiri sebagai pemimpin. faktor kedua bersumber pada kelompok yang dipempin, dan faktor yang ketiga tergantung pada situasi (Muninjaya, 1999).
Secara mendasar gaya kepemimpinan dibedakan atas empat macam berdasarkan kekuasaan dan wewenang, yaitu otokratik, demokratik, participation, dan laisez – faire atau free rain. Keempat tipe atau gaya kepemimpinan tersebut satu sama lain memiliki karakteristik yang berbeda (Gillies, 1986).

a.       Gaya kepemimpinan autokratis : merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekaryaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin dengan cara otoriter, mempertanggung jawab untuk semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan serta memotivasi bawahannya dengan menggunakan sanjungan, kesalahan, dan penghargaan. Pemimpin menetukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan (Gillies, 1986). Seorang pemimpin yang menggunakan gaya ini biasanya akan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan seluruh kegiatannya dan memerintah seluruh anggotanya untuk mematuhi dan melaksanakannya (DepKes, 1990).

b.      Gaya kepemimpinan demokratis : merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide–ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat perencanaan, mengontrol dalam penerapannya, informasi diberikan seluas – luasnya dan terbuka (Nursalam, 2002). Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok  dalam pengambilan keputusan dan memberikan tanggung jawab pada karyawannya (La Monica, 1986).

c.       Gaya kepemimpinan Partisipatif : merupakan gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis. Dalam pemimpin partisipatif manajer menyajikan analisa masalah dan mengusulkan tindakan kepada para anggota kelompok, mengundang kritikan dan komentar mereka. Dengan menimbang jawaban bawahan atas usulannya, manajer selanjutnya membuat keputusan final bagi tindakan oleh kelompok tersebut (Gillies, 1986).

d.      Gaya kepemimpinan Laisserz Faire : disebut juga bebas tindak atau membiarkan. Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pangarah, supervisi, dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekaryaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendali secara minimal atau sebagai fasilitator (Nursalam. 2002).

D.    Pendekatan Kepemimpinan
Secara umum, kita mengenal 3 pendekatan, yaitu kepemimpinan untuk memimpin suatu unit organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan sifat (traits theory), pendekata berdasarkan perilaku kepemimpinan (behavior theory), dan pendekatan berdasarkan situasi (contingency theory).
1.      Berdasarkan sifat
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dapat dilakukan dengan cara :
o   Membandingkan sifat – sifat dari mereka yang menjadi pemimpin dan mereka yang bukan pemimpin.
o   Membandingkan sifat – sifat dari pemimpin yang efektif dan pemimpin yang tidak efektif.


Sifat – sifat pemimpin yang diharapkan dari pendekatan ini antara lain :
-        Selalu antusias
-         Mengenal dirinya sendiri
-        Waspada
-        Mempunyai rasa percaya diri yang kuat
-        Merasa bertanggung jawab
-        Mempunyai rasa humor

2.      Berdasarkan perilaku
Intisari dari pendekatan kepemimpinan berdasarkan perilaku seperti di bawah ini :
a.       Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang menjadi pemimpin yang efektif.
b.      Pemimpin yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan cara – cara yang dapat mewujudkan sasarannya. Misalnya, dengan mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi yang efektif, motivasi bawahannya, dan melaksanakan control.

3.      Berdasarkan situasi
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi. Terdapat 3 variabel situasional yang dapat membantu gaya kepemimpinan yang efektif, yaitu :
a.       Hubungan atasan dengan bawahan
b.      Struktur tugas yang harus dikerjakan
c.       Posisi kewenangan seseorang

Pendekatan berdasarkan situasi dapat dimanifestasikan sebagai berikut :
o   Dapat memberi perintah yang akan dilaksanakan
o   Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan
o   Menaati peraturan
o   Disiplin
o   Mendengarkan informasi dari bawahan
o   Tanggap terhadap situasi
o   Membantu bawahan



E.      Tugas dan peran pemimpin
       Menurut  James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:
1)      Pemimpin bekerja dengan orang lain
Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi. 
2)      Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas).
Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
3)      Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada  staf.  Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4)      Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan  lain. 
5)      Pemimpin adalah seorang mediator
Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6)      Pemimpin adalah politisi dan diplomat
Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7)      Pemimpin membuat keputusan yang sulit
Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah.



F.      Pemimpin Yang Efektif
Seorang    pemimpin    yang   efektif   adalah    seorang    pemimpin   yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang  memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
a.       Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1.      Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok.
2.      Memilih  pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
3.      Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
4.      Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
5.      Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpina
6.      Mengambil tindakan

b.      Hellander ( 1974 )
Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama - sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
c.       Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
o   Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia      ( hubungan antar manusia ).
o   Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
o   Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain.
o   Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik.
d.      Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang pemimpin harus mempertimbangkan :
1)      Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
2)      Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3)      Karakteristik individu
Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.

G.    Fenomena Kepemimpinan dilapangan /dirumah Sakit (Dalam ruangan Perawatan )
Menurut Birch (2001), sebagai pemimpin, dia lebih terpadu pada orang-orang yang dipimpinnya. Dengan demikian, sesungguhnya salah satu ciri pemimpin besar adalah menghasilkan sesuatu dan menyadari bahwa keberhasilannya menjalankan tugas adalah karena adanya niat baik dan dukungan orang-orang disekitarnya (bawahannya). Oleh karena itu dibutuhkan satu kepemimpinan (leadership) dan kemampuan memotivasi kerja (the work motivation capability) dalam bentuk komunikasi yang efektif seorang pemimpin, agar dapat menumbuhkan niat dan dukungan dari bawahannya.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya pemimpin merupakan ujung tombak suatu organisasi/kelompok yang memiliki peran sentral sebagai penentu kebijakan, yang sangat berperan dalam kemajuan suatu rumah sakit.
Fenomena Kepemimpinan yang ada saat ini yang masih banyak dijumpai di Suatu Rumah Sakit adalah  banyak para pemimpin yang kurang sadar akan peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin secara keseluruhan. Sehingga tidak tercapai suatu keharmonisan dalam mencapai tujuan bersama.
Sebagai contoh sekarang masih banyak kita jumpai para perawat-perawat di rumah sakit yang bekerja dengan tidak profesional ,kurang ramah atau sikapnya terhadap pasien-pasien diruangan tidak komunikatif baik verbal maupun non verbal.  Dan dalam hal ini peran kepemimpinan sangat dibutuhkan, dengan kata lain jika hal tersebut masih terjadi di lapangan itu berarti kepemimpinannya masih kurang baik. 
Kenapa demikian, alasannya adalah :
·         Pemimpin adalah role model, jadi jika hal diatas masih ditemukan dilapangan, mungkin perawat pelaksana bersifat demikian karena mencontoh pemimpin yang ada diruangan tersebut.
·         Seharusnya pemimpin cermat dalam mengawasi anggotanya, sehingga jika terdapat hal-hal yang kurang baik pemimpin memiliki kewajiban untuk mengingatkan atau memberikan teguran kepada anggotanya.
·         Mungkin pemimpin/kepala ruangan kurang peduli atau bahkan bersifat masa bodo sehingga apapun yang dilakukan anggotanya dia tidak mempermasalahkannya.
·         Pemimpin / Kepala ruangan kurang dalam membimbing perawat dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan
·         Pemimpin kurang tegas dalam membuat & menerapkan peraturan serta memberikan sangsi
·         Kurangnya kemungkinan pengembangan diri bagi setiap perawat
Menyikapi hal tersebut diatas tentunya diperlukan suatu kerjasama dari berbagai pihak (Pemimpin,Kepala Ruang,Perawat pelaksana, & pasien) untuk mengubah fenomena kepemimpinan yang kurang baik menjadi lebih baik.
Dengan berorientasi kepada tujuan ”memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang maksimal”, maka semua kinerja keperawatan akan selalu mengutamakan kepentingan pasien tanpa mengabaikan kepentingan yang lainnya. Dan yang tidak kalah pentingnyaadalah para perawat maupun staf yang merupakan komponen suatu rumah sakit harus sadar akan tugas dan fungsinya masing-masing secara keseluruhan.

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Fenomena kepemimpinan di Indonesia menjadi sebuah masalah menarik dan berpengaruh besar dalam kehidupan politik dan bernegara. Peran kepemimpinan sangat strategis dan penting dalam sebuah pelayanan kesehatan (rumah sakit) sebagai salah satu penentu keberhasilan pencapaian misi, visi dan tujuan. Maka dari itu, tantangan dalam mengembangkan strategi pelayanan yang jelas terutama terletak pada pelayanan di satu sisi dan tergantung pada kepemimpinan (Porter,1996:dalam Sunarsih, 2001).
B.     Saran
Untuk semua pemimpin hendaknya memahami tentang konsep kepemimpinan secara keseluruhan dan mengaplikasikan tentang peran & fungsi pemimpin untuk mencapai sebuah kemajuan serta tujuan bersama.
 


DAFTAR PUSTAKA

1.      Brown, Montague. 1997. Manajemen Perawatan Kesehatan. Jakarta : EGC
2.      Kuntoro, Agus. 2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika
3.      Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
4.      Suarli dan Bahtiar, Yanyan. 2002. Manajemen Keperawatan. Jakarta : Erlangga
5.      Nursalam (2002) Manajemen Keperawatan; Aplikasi pada praktek perawatan profesional, Salemba Medika, Jakarta
6.      Swanburg Russel C. ( 2000 ), Pengantar kepemimpinan & manajemen  keperawatan,  EGC, Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar