TINJAUAN PUSTAKA
Tulang
merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh
tidak akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek
mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari
aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang
kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari
aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti jantung,
paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih
dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan
garam magnesium.
Kejadian patah tulang atau fraktur dapat menimpa setiap orang kapan saja dan
dimana saja. Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang dewasa maupun anak-anak.
Presentasi keseluruhan dari anak anak 0-16 tahun yang mengalami (sedikitnya 1)
fraktur, lebih tinggi anak laki-laki(42%) daripada anak perempuan (27%). Tetapi
kejadian fraktur tiga tahun lebih awal terjadi pada anak perempuan daripada
anak laki-laki. Meningkatnya fraktur selama masa prapubertas terjadi karena
ketidaksesuaian antara tinggi badan dan mineralisasi tulang. 77% kasus fraktur
disebabkan karena trauma low-energy (terutama karena jatuh) yang lebih sering
terjadi pada anak laki-laki usia sekolah dan remaja. (Jurnal Pattern of
fractures across pediatric age groups: analysis of individual and lifestyle
factors).
Fraktur
yang mengenai lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang radius
distal,dan ulna distal sedangkan fraktur pada daerah diafisis yang terjadi
sering sebagai faktur type green-stick. Daerah metafisis pada anak relatif
masih lemah sehingga fraktur banyak
terjadi pada daerah
ini, selebihnya dapat
mengenai suprakondiler humeri (transkondiler humeri) diafisis femur dan
klavikula, sedangkan yang lainnya jarang. Fraktur pada anak mempunyai
keistimewaan dibanding dengan dewasa, proses penyembuhannya dapat berlangsung
lebih singkat dengan remodeling yang sangat baik, hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan anatomi, biomekanik serta fisiologi tulang anak
yang berbeda dengan
tulang orang dewasa.
Selain itu proses penyembuhan ini juga dipengaruhi oleh
faktor mekanis dan faktor biologis. Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur
pada anak dengan fraktur pada orang dewasa, perbedaan tersebut pada anatomi,
biomekanik, dan fisiologi tulang. Pada anak-anak antara epifisis dan metafisis
terdapat lempeng epifisis sebagai daerah pertumbuhan kongenital.
Lempeng epifisis ini
akan menghilang pada
dewasa, sehingga epifisis dan metafisis ini akan menyatu. Pada saat
itulah pertumbuhan memanjang tulang akan berhenti. Tulang panjang terdiri atas
epifisis, metafisis dan diafisis. Epifisis merupakan bagian paling atas dari
tulang panjang, metafisis merupakan bagian yang lebih lebar dari ujung tulang
panjang yang berdekatan dengan diskus epifisialis, sedangkandiafisis merupakan
bagian tulang panjang yang di bentuk dari pusat osifikasi primer. Seluruh
tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel
yang dapat berproliferasi dan
berperan dalam proses pertumbuhan transversal tulang
panjang. Kebanyakan tulang panjang mempunyai arteria nutrisi. Lokasi dan
keutuhan dari pembuluh darah inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya
proses penyembuhan suatu tulang yang patah. Pada anak,terdapat lempeng epifisis
yang merupakan tulang rawan pertumbuhan. Periosteum sangat tebal dan kuat
dimana pada proses bone helding akan menghasilkan kalus yang cepat dan lebih
besar daripada orang dewasa
STUDI KASUS
An.F
berumur 9 th datang ke RS.SAHABAT Lampung Tengah bersama ibunya Ny.Z dengan
keluhan nyeri lengan tangan kiri bagian atas/humerus karena jatuh dari sepeda
dengan kecepatan tinggi.Tanpa berfikir panjang Ny.Z langsung membawanya ke
rumah sakit. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan nadi 90x/m, suhu 36ÂșC, dan RR 18 x/m. Klien tampak menangis dan
merintih kesakitan dengan menyangga tangan kanan yang sakit dengn tangan kanannya,
serta di bagian lengan atas terlihat bengkak. Setelah dilakukan pemeriksaan
rontgen ternyata An.F mengalami fraktur humerus incomplete.
Keluhan
Utama :
Klien
mengeluh nyeri lengan kiri bagian atas, nyeri dirasakan setelah klien jatuh
dari sepeda, nyeri bersifat menusuk dan menetap, nyeri bertambah berat saat
klien mencoba menggerakkan tangan kirinya, nyeri dirasakan tidak menjalar,
skala nyeri 8, dan nyeri sedikit berkurang ketika ibu klien menempelkan es batu
pada lengan kirinya yang sakit.
Dari
kasus di atas tentukan :
1. Masalah
keperawatan ( minimal dua)
2. Data
Fokus
3. Data
Penunjang
4. Intervensi
dan rasional
Penyelesaian
Kasus
1. Masalah
Keperawatan yang muncul pada kasus diatas adalah :
a. Nyeri
akut b.d cidera tulang dan trauma jaringan serta cidera neuromuskuler
b. Gangguan
mobilitas fisik b.d nyeri sekunder akibat cidera tulang, trauma jaringan serta
cidera neuromuskuler
2. Data
Fokus
a. Data
subyektif
-
Klien mengatakan nyeri lengan kiri
bagian atas
-
Klien mengatakan nyeri dirasakan setelah
jatuh dari sepeda
-
Klien mengatakan nyeri bertambah berat
saat klien mencoba menggerakkan tangan kirinya
b. Data
Obyektif
-
Klien tampak menangis dan merintih
kesakitan/nyeri
-
Skala nyeri 8
-
Klien tampak menyangga tangan kirinya
dengan tangan kanan
-
Tampak pembengkakan dilengan kiri bagian
atas
-
Dari hasil rontgen didapatkan klien +
fraktur humerus incomplete
3. Data
Penunjang
a. Dari
kasus diatas pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan adalah Rontgen
b. Pemeriksaan
yang mungkin dilakukan adalah:
a) Pemeriksaan
Laboratorium
-
Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat
pada tahap penyembuhan tulang.
-
Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan
tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
-
Enzim otot seperti Kreatinin Kinase,
Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang
meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
b) Pemeriksaan
lain-lain
-
Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan
test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
-
Biopsi tulang dan otot: pada intinya
pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila
terjadi infeksi.
-
Elektromyografi: terdapat kerusakan
konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
-
Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat
yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.
-
Indium Imaging: pada pemeriksaan ini
didapatkan adanya infeksi pada tulang.
-
CT scan untuk mendeteksi struktur
fraktur yang kompleks.
-
MRI: menggambarkan semua kerusakan
akibat fraktur.(Ignatavicius, Donna D, 1995)
Analisa
Data
No
|
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
1
|
Ds
:
×
Klien mengatakan nyeri lengan kiri bagian atas
×
Klien mengatakan nyeri dirasakan setelah jatuh
dari sepeda
Do:
×
Klien tampak menangis dan merintih kesakitan/nyeri
×
Skala nyeri 8
×
Klien tampak menyangga tangan kirinya dengan
tangan kanannya
×
Tampak pembengkakan dilengan kiri bagian atas
×
Hasil Rontgen + fraktur humerus incomplete
|
Nyeri
Akut
|
cidera
tulang dan trauma jaringan serta cidera neuromuskuler
|
2
|
Ds:
×
Klien mengatakan nyeri bertambah berat saat klien
mencoba menggerakkan tangan kirinya
Do:
×
Skala nyeri 8
×
Klien tampak menyangga tangan kirinya dengan
tangan kanan
|
Gangguan
Mobilitas Fisik
|
nyeri
sekunder akibat cidera tulang, trauma jaringan serta cidera neuromuskuler
|
Intervensi
Keperawatan
No
|
Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Nyeri
akut b.d cidera tulang dan trauma jaringan serta cidera neuromuskuler
Ds
:
o
Klien mengatakan nyeri di lengan kiri bagian atas
o
Klien mengatakan nyeri dirasakan setelah jatuh
dari sepeda
Do
:
o
Klien tampak menangis dan merintih kesakitan/nyeri
o
Skala nyeri 8
o
Klien tampak menyangga tangan kirinya dengan tangan
kanan
o
Tampak pembengkakan dilengan kiri bagian atas
o
Hasil Rontgen + fraktur humerus incomplete
|
Setelah
dilakukan tindakan kep. Selama 2 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang
KH
:
o
Klien mengatakan nyerinya berkurang atau hilang
o
Skala nyeri berkisar antara 0-4
o
Klien tampak lebih rileks dan tenang
|
1.
Kaji skala, karakteristik dan lokasi nyeri klien
2.
Jelaskan penyebab nyeri klien
3.
Berikan posisi yang nyaman sesuai yang klien
inginkan ( dengan catatan tidak kontraindikasi)
4.
Lakukan
kompres dingin selama fase akut (24-48 jam pertama) sesuai keperluan.
5.
Ajarkan
tehnik relaksasi dan distraksi jika kondisi sudah memungkinkan
6.
Lakukan
pemasangan gips jika dierlukan
7.
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian analgetik (ex:ketorolac)
|
1.
Untuk mengetahui kualitas nyeri klien
2.
Agar klien mengetahui tentang keadaannya
3.
Agar klien tampak lebih nyaman
4.
Menurunkan
edema dan mengurangi rasa nyeri.
5.
Berguna
untuk mengurangi nyeri dengan pengalihan perhatian terhadap nyeri
6.
Untuk menmengurangi/menghindari pergerakan pergeseran
tulang
7.
Sebagai
penatalaksanaan medis untuk mengurangi nyeri
|
Intervensi
Keperawatan
No
|
Dx
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
2
|
Gangguan
mobilitas fisik b.d nyeri sekunder akibat cidera tulang, trauma jaringan
serta cidera neuromuskuler
Ds
:
o
Klien mengatakan nyeri bertambah berat saat klien
mencoba menggerakkan tangan kirinya
Do
:
o
Skala nyeri 8
o
Klien tampak menyangga tangan kirinya dengan
tangan kanannya
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien mampu melakukan
aktifitas fisik sesuai dengan kemapuannya
KH
:
o
klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas
o
Klien mau melakukan aktifitas sesuai kemampuannya
(ex:makan,minum dll dengan menggunakan tangan kanannya)
|
1.
Kaji mobilitas dan fungsi motorik klien
2.
Atur posisi imobilisasi pada lengan atas
3.
Motivasi klien untuk melakukan aktifitas
sehari-hari sesuai kemampuan klien
4.
Berikan penyangga (kain penyangga ) pada tangan
yang fraktur jika sudah memungkinkan
5.
Anjurkan kepada klien untuk makan makanan yang
bergizi terutama makanan yang mengandung zat besi dan Vit D
6.
Anjurkan kepada keluarga untuk selalu mengawasi
dan membantu klien dalam melakukan aktivitas
|
1.
Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas.
2.
Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi
pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsure utama penyebab nyeri pada
lengan atas.
3.
Untuk memotivasi klien agar tidak terlalu
bergantung dengan orang lain
4.
Untuk memudahkan mobilisasi klien dan mengurangi
rasa nyeri
5.
Untuk mempercepat proses penyambungan tulang
6.
Untuk menghindari resiko terjadinya cidera
tambahan
|
Daftra
Pustaka
1. Ningsih,N
dan Lukman. 2009. AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Muskuloskeletal.Jakarta:Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar