OSTEOARTRITIS
1.
PENGERTIAN
Osteoartritis
yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun
terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002
hal 1087)
Osteoarthritis
adalah suatu gangguan persendian yang disebabkan karena berkurangnya tulang
rawan sendi dan terjadi hipertrofi tulang hingga terbentuk osteofit atau
tonjolan tulang pada permukaan sendi (Yatim, 2008).
Osteoarthritis
berkembang dengan perlahan, namun merupakan penyakit aktif dari degenerasi
tulang rawan sendi dan berhubungan dengan gejala nyeri pada persendian,
kekakuan, dan keterbatasan gerak. Osteoarthritis dapat terjadi pada berbagai
sendi, namun lebih sering terjadi pada pangkal paha, lutut, sendi pada tangan,
kaki, dan tulang belakang (Pearson, 2008).
Osteoartritis
diklasifikasikan menjadi :
a. Tipe
primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan
dengan osteoarthritis
b. Tipe
sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)
2.
ETIOLOGI
Penyebab
dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor
resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1)
Umur.
Dari
semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
Perubahan
fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan
penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.
2)
Jenis Kelamin.
Wanita
lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan
dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita
tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari
pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.
3)
Genetic
Faktor
herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
Heberden
node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada
pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya
salah satu dari orang tuanya yang terkena.
4)
Suku.
Prevalensi
dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan
diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang
diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis
lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit
putih.
Hal
ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5)
Kegemukan
Berat
badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata
tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi
juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
6)
Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga
(trauma)
Kegiatan
fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan
kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
7)
Kepadatan tulang dan pengausan (wear and
tear)
Pemakaian
sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua
mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus
dikandungnya.
8)
Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi
(artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan
dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan
sel-sel radang.
9)
Joint Mallignment
Pada
akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan
menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga mempercepat proses
degenerasi.
10)
Penyakit endokrin
Pada
hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
11)
Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,
penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin,
tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam
rawan sendi.
12)
Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi
(artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran
enzim perusak matriks
rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
3.
PATOFISIOLOGI
4.
MANIFESTASI KLINIS
1)
Rasa nyeri pada sendi
Merupakan
gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2)
Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya
akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai
kegiatan fisik.
3)
Peradangan
Sinovitis
sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan
menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4)
Mekanik
Nyeri
biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan
berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit
yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri
biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada
osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan
tungkai atas.
Nyeri
dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui
penyebabnya.
5)
Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi
merupakan reaksi peradangan
karena pengumpulan cairan dalam
ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6)
Deformitas
Disebabkan
oleh distruksi lokal rawan sendi.
7)
Gangguan Fungsi
Timbul
akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
5.
KOMPLIKASI
o
Gangguan/kesulitan gerak
o
Kelumpuhan yang menurunkan kualitas
hidup penderita.
o
Resiko jatuh
o
Patah tulang
6.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)
Sinar-X.
Gambar
sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang seperti
pecahnya tulang rawan.
2)
Tes darah.
Tes
darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
3)
Analisa cairan engsel
Dokter
akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah
nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
4)
Artroskopi
Artroskopi
adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter
akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
5)
Foto Rontgent menunjukkan penurunan
progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi
6)
Serologi dan cairan sinovial dalam batas
normal
7.
PENATALAKSANAAN
1)
Medikamentosa
Sampai
sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
a. Analgesic
yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau profoksifen
HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada
saluran cerna dan ginjal
b. Jika
tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti fenofrofin,
piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3
dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya untuk jangka
panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal
ginjal.
c. Injeksi
cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid
pada engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu.
d. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam
hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya
dilakukan jika osteoarhtritis pada lutut.
2)
Perlindungan sendi
Osteoartritis
mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari
aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat
listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada
lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3)
Diet
Diet
untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4)
Dukungan psikososial
Dukungan
psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun
dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk
memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5)
Persoalan Seksual
Gangguan
seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang,
paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena
biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6)
Fisioterapi
Fisioterapi
berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian
panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang
diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi
yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai
sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas.
Program
latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang
biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik
dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi
dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya
beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular
memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka
penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7)
Operasi
Operasi
perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan
adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian,
debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan
osteofit.
a. Penggantian
engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan
diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut
prostesis.
b. Pembersihan
sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat
serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan
nyeri saat tulang bergerak.
c. Penataan
tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada
anak dan remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban
saat bergerak.
8)
Terapi konservatif mencakup penggunaan
kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta
menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail.
Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan
isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu
pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.
8.
PROGNOSIS
Umumnya
baik, sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif. Hanya
kasus-kasus berat yang memerlukan operasi.
9.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a) Nyeri
b/d penurunan fungsi tulang, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, distruksi sendi.
b) Gangguan
Mobilitas Fisik berhubungan dengan : Deformitas skeletal, Nyeri,
ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot
c) Risiko
cedera b/d penurunan fungsi tulang.
d) Perubahan
pola tidur b/d nyeri
e) Defisit
perawatan diri b/d nyeri dan kelemahan, Kerusakan Auskuloskeletal : Penurunan
Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
f) Gangguan
citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan
tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
10.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO
|
DIAGNOSA KEP.
|
TUJUAN
|
RENCANA
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
1
|
Nyeri b/d
penurunan fungsi tulang, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses
inflamasi, distruksi sendi.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam nyeri klien berkurang/ hilang
KH :
×
Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
×
Klien terlihat rileks dapat tidur/beristirahat dan
berpartisipasi dalam aktivitas
×
Mengikuti program terapi
×
Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas
hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
|
1.
Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas
nyeri (skala 0 – 10), catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda
rasa nyeri.
2.
berikan matras atau kasur keras, bantal kecil.
Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
3.
biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada
waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai
indikasi.
4.
Anjurkan untuk sering mengubah posisi. Bantu
pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di
bawah, hindari gerakan yang menyentak.
5.
anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi
pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air
mandi.
6.
berikan masase yang lembut
7.
Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi
obat.ex: asetil salisilat.
|
1.
Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen
nyeri dan keefektifan programterapi
2.
Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan
mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada
sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi
yang terinflamasi / nyeri
3.
Pada penyakit berat, tirah baring mungkin
diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
4.
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.
5.
Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas,
menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada
panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.
6.
Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot
7.
Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot,
memudahkan untuk ikut serta dalam terap
|
NO
|
DIAGNOSA KEP.
|
TUJUAN
|
RENCANA
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
2
|
Gangguan
mobilitas fisik b/d deformitas
skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan
selama.. x24 jam gangguan mobilitas fisik klien bisa teratasi atau berkurang.
KH
:
Klien
mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
|
1.
Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika
diperlukan
2.
Bantu bergerak dengan bantuan seminimal
mungkin.
3.
Anjurkan klien mempertahankan postur tegak, duduk
tinggi, berdiri dan berjalan
4.
Ajarkan dan anjurkan klien untuk melaukan ROM
aktif/pasif
5.
Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan
untuk menggunakan alat bantu
6.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid
7.
Kolaborasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan
spesialis vasional.
|
1.
Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan
kekuatan
2.
Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum.
3.
Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas.
4.
Untuk mencegah kekakuan sendi dan atrofi otot
5.
Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti
jatuh.
6.
Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
7.
Untuk mempercepat proses penyembuhan
|
NO
|
DIAGNOSA KEP.
|
TUJUAN
|
RENCANA
TINDAKAN
|
RASIONAL
|
3
|
Risiko cedera
b/d penurunan fungsi tulang.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama hospitalisasi tidak terjadi cidera
terhadap klien
KH:
Klien
dapat me mpertahankan keselamatan fisik.
|
1.
Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan
bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika
tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat
tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil
2.
Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan
memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain
3.
Anjurkan kepada keluarga klien untuk selalu
memantau aktivitas klien
4.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
obat
|
1.
Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi
resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
2.
Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi,
restrain dapat meningkatkan agitasi
3.
Untuk meminimalisir resiko cidera
4.
Sebagai penatalaksanaan medis
|
DAFTAR
PUSTAKA
1. Doenges
E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
2. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran,
Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
3. Prince,
Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.,
Ed. 4, EGC, Jakarta..
4. Potter,
patricia A.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan . Jakarta : EGC
5. Smeltzer
S. C. & Bare B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner
suddart. Ed. 8. Vol. 3. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar