BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Luka bakar merupakan
cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas
dan derajad cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun
tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung,
juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia.(Elizabeth,2009)
Statistik menunjukkan
bahwa 60% luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena
kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus
terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus. (Moenajad, 2001)
Penanganan dan
perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan perawatan yang kompleks
dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka morbiditas dan mortalitas
yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 – 3 juta penderita setiap
tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 – 6 ribu kematian per tahun.Di
Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita
luka bakar dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Di unit luka bakar
RSCM Jakarta, pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 107 kasus luka bakar yang
dirawat dengan angka kematian 37,38%. Dari unit luka bakar RSU Dr. Soetomo
Surabaya pada tahun 2008 didapatkan data bahwa kematian umumnya terjadi pada
luka bakar dengan luas lebih dari 50% atau pada luka bakar yang disertai cedera
pada saluran napas dan 50% terjadi pada 7 hari pertama perawatan. (Irna Bedah
RSUD Dr. Soetomo, 2001)
Beberapa karakteristik
luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik
ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar
yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang
lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang
lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas
(scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar
yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar
karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena
sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai
genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain
dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi
kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari
lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi
kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan
derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup
serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. (Irna Bedah RSUD Dr.
Soetomo, 2001)
2. Tujuan
a. Tujuan
umum
Mahasiswa
dapat memahami Asuhan Keperawatan Klien dengan Kegawatdaruratan Luka Bakar.
b. Tujuan
khusus
Mahasiswa
dapat menjelaskan kembali :
1.
Pengertian luka bakar.
2.
Penyebab terjadinya luka bakar.
3.
Fase terjadinya luka bakar
4.
Klasifikasi luka bakar.
5.
Cara menghitung luas luka bakar.
6.
Tingkat keparahan luka bakar.
7.
Patofisiologi luka bakar.
8.
Indikasi pasien rawat inap luka bakar.
9.
Penatalaksanaan luka bakar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi
Luka bakar adalah rusak
atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas
(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat
bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn) (Moenadjat, 2001).
Menurut Aziz Alimul
Hidayat, A, (2008 Hal : 130) luka bakar adalah kondisi atau terjadinya luka
akibat terbakar, yang hanya disebabbkan oleh panas yang tinggi, tetapi oleh
senyawa kimia, llistrik, dan pemanjanan (exposure) berlebihan terhadap sinar
matahari.
Luka bakar adalah luka
yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,air
panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu
rendah,luka bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang
berkaitan dengan problem fungsi maupun estetika. (Kapita Selekta kedokteran
edisi 3 jilid 2).
B. Pembagian Zona
Kerusakan
a.
Zona Koagulasi
Merupakan
daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas dan terjadi kematian
selular
b.
Zona Stasis
Zona
ini mengalami kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga
terjadi gangguan perfusi, diikuti perubahan permabilitas kapiler dan respon
inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cidera, dan
mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan
c.
Zona Hiperemia
Daerah
ini ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi
seluler. (Moenadjat, 2001)
C. Etiologi
Luka bakar pada kulit
bisa disebabkan karena panas, dingin ataupun zat kimia. Ketika kulit terkena
panas, maka kedalaman luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak
panas pada kulit dan ketebalan kulit (Schwarts et al, 1999).
Tipe luka bakar:
a. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal biasanya
disebabkan oleh air panas (scald) , jilatan api ke tubuh (flash), kobaran apai
di tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas
lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.) (Schwarts et al, 1999).
b. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia
biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam
bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga (Schwarts et al, 1999).
c. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
Listrik menyebabkan
kerusakan yang dibedakan karena arus, api dan ledakan. Aliran listrik menjalar
disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah; dalam hal ini
cairan.Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima,
sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada
jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun ground
(Moenadjat, 2001).
d. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan
karena terpapar dengan sumber radioaktif.Tipe injuri ini sering disebabkan oleh
penggunaan radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industri.Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi (Gillespie, 2009).
D. Manifestasi
Klinis
Tanda dan gejala pada
luka bakar dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi luka bakar itu sendiri,
diantaranya:
1. Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan
Kedalaman
Semakin dalam luka
bakar, semakin sedikit apendises kulit yang berkontribusi pada proses
penyembuhan dan semakin memperpanjang masa penyembuhan luka. Semakin panjang
masa penyembuhan luka, semakin sedikit dermis yang tersisa, semakin besar
respon inflamasi yang terjadi dan akan semakin memperparah terjadinya scar.
Luka bakar yang sembuh dalam waktu 3 minggu biasanya tanpa menimbulkan
hypertrophic scarring, walaupun biasanya terjadi perubahan pigmen dalam waktu
yang lama. Sebaliknya luka bakar yang sembuh lebih dari tiga minggu sering
mengakibatkan hypertrophic scars (Schwartz et al, 1999).
A.
Luka Bakar Derajat I :
·
Kerusakan terbatas pada lapisan
epidermis (superficial)
·
Kulit kering, hiperemik berupa eritema
·
Tidak dijumpai bula
·
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi
·
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam
waktu 5-10 hari (Moenadjat, 2001)
B.
Luka Bakar Derajat II:
·
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan
epidermis dan sebagian lapisan dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi.
·
Dijumpai bula
·
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi
·
Dasar luka berwarna merah atau pucat,
sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001)
·
Pembentukan scar
·
Nyeri (Schwarts et al, 1999)
Derajat
II dibedakan atas 2 (dua) :
a.
Derajat II Dangkal (Superficial)
·
Kerusakan mengenai bagian superfisial
dari dermis.
·
Organ-organ kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. (Moenadjat, 2001)
·
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa
jam setelah cedera, dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat
satu dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat dua superfisial setelah 12 sampai
24 jam.
·
Ketika bula dihilangkan, luka tampak
berwarna pink dan basah.
·
Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
·
Jika infeksi dicegah maka penyembuhan
akan terjadi secara spontan kurang dari 3 minggu. (Schwarts et al, 1999)
b.
Derajat II Dalam (Deep)
·
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian
dermis
·
Organ-organ kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
·
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung
biji epitel yang tersisa
(Moenadjat, 2001).
·
Juga dijumpai bula, akan tetapi
permukaan luka biasanya tampak berwarna pink dan putih segera setelah terjadi
cedera karena variasi suplai darah ke dermis (daerah yang berwarna putih
mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali; daerah
yang berwarna pink mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah).
·
Jika infeksi dicegah luka bakar akan
sembuh dalam 3 sampai 9 minggu. (Schwarts et al, 1999)
C.
Luka Bakar Derajat III (Full Thickness
Burn):
·
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis
dan lapisan yang lebih dalam.
·
Tidak dijumpai bula
·
Apendises kuliit rusak
·
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan
pucat. Karena kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar.
·
Terjadi koagulasi protein pada epidermis
dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
·
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang
sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan / kematian.
·
Penyembuhan terjadi lama karena tidak
ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
(Moenadjat, 2001)
2. Klasifikasi
Luka Bakar Berdasarkan Luasnya
Wallace membagi tubuh
atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau
rule of wallace yaitu:
·
Kepala dan leher : 9%
·
Lengan masing-masing 9% : 18%
·
Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
·
Tungkai maisng-masing 18% : 36%
·
Genetalia/perineum : 1%
Gambar 2.5. Diagram luas luka bakar (Moenadjat, 2001)
3. Klasifikasi
Luka Bakar Berdasarkan Berat Ringannya
Untuk mengkaji beratnya
luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
·
Persentasi area (Luasnya) luka bakar
pada permukaan tubuh.
·
Kedalaman luka bakar.
·
Anatomi lokasi luka bakar.
·
Umur klien.
·
Riwayat pengobatan yang lalu.
·
Trauma yang menyertai atau bersamaan.
A.
American Burn Association membagi dalam
:
a.
Yang termasuk luka bakar ringan (minor)
:
·
Tingkat II: kurang dari 15% Total Body
Surface Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% Total Body Surface Area
pada anak-anak.
·
Tingkat III: kurang dari 2% Total Body
Surface Area yang tidak disertai komplikasi.
b.
Yang termasuk luka bakar sedang
(moderate) :
·
Tingkat II: 15% – 25% Total Body Surface
Area pada orang dewasa atau kurang dari 10% – 20% Total Body Surface Area pada
anak-anak.
·
Tingkat III: kurang dari 10% Total Body
Surface Area yang tidak disertai komplikasi.
c.
Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):
·
Tingkat II: 32% Total Body Surface Area
atau lebih pada orang dewasa atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada
anak-anak..
·
Tingkat III: 10% atau lebih.
·
Luka bakar yang melibatkan muka, tangan,
mata, telinga, kaki dan perineum..
·
Luka bakar pada jalan pernafasan atau
adanya komplikasi pernafasan.
·
Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
·
Luka bakar yang disertai dengan masalah
yang memperlemah daya tahan tubuh seperti luka jaringan linak, fractur, trauma
lain atau masalah kesehatan sebelumnya..
B.
American college of surgeon membagi
dalam:
a.
Parah – critical:
·
Tingkat II: 30% atau lebih.
·
Tingkat III: 10% atau lebih.
·
Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
·
Dengan adanya komplikasi penafasan,
jantung, fractura, soft tissue yang luas.
b.
Sedang – moderate:
·
Tingkat II: 15 – 30%
·
Tingkat III: 1 – 10%
c.
Ringan – minor:
·
Tingkat II: kurang 15%
·
Tingkat III: kurang 1%
d.
Fase Luka Bakar
1. Fase akut.
Disebut
sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita
akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase
awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya
dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat
terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma.Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase
akut.
Pada
fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik.Problema sirkulasi yang berawal dengan
kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat
kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut
dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas
sirkulasi.
2. Fase sub akut.
Berlangsung
setelah fase syok teratasi.Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
a)
Proses inflamasi dan infeksi.
b)
Problem penutupan luka dengan titik
perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada
struktur atau organ – organ fungsional.
c)
Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase
lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
E.
Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar suhu pada
tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik.Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44°C tanpa kerusakan
bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat
kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang
tahan terhadap konduksi panas (Sabiston,1995). Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah; dalam hal
ini bukan hanya cairan tetapi juga plasma (protein) dan elektrolit.Pada luka
bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh,
penimbunan jaringan masif di intersisiel menyebabkan kondisi hipovolemik.
Volume cairan intravaskuler mengalami defisit, timbul ketidakmampuan
menyelenggarakan proses transportasi oksigen ke jaringan. Kondisi ini dikenal
dengan sebutan syok (Moenadjat, 2001).
Luka bakar secara
klasik dibagi atas derajat I, II, dan III.Penggunaan sistem klasifikasi ini
dapat memberikan gambaran klinik tentang apakah luka dapat sembuh secara
spontan ataukah membutuhkan cangkokan.Kedalaman luka tidak hanya bergantung
pada tipe agen bakar dan saat kontaknya, tetapi juga terhadap ketebalan kulit
di daerah luka (Sabiston, 1995).
Respon Sistemik
Terhadap Luka Bakar
1. Sistem Kardiovaskular
a)
Penurunan cardiak output karena
kehilangan cairan;tekanan darah menurun, hal ini merupakan awitan syok. Hal ini
terjadi karena saraf simpatis akan melepaskan kotekolamin yang meningkatkan
resistensi perifer (vasokonstriksi) dan peningkatan frekuensi nadi sehingga
terjadi penurunan cardiak output.
b)
Kebocoran cairan terbesar terjadi dalam
24 – 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncak dalam waktu 6 – 8
jam. Pada luka bakar < 30 % efeknya lokal, dimana akan terjadi oedema/lepuh
pada area lokal, oedema bertambah berat bila terjadi pada daerah
sirkumferensial, bisa terjadi iskemia pada derah distal sehingga timbul
kompartemen sindrom. Bila luka bakar > 30 % efeknya sistemik. Pada luka
bakar yang parah akan mengalami oedema masif.
2. Efek Pada Cairan dan Elektrolit
a.
Volume darah mendadak turun, terjadi
kehilangan cairan lewat evaporasi, hal ini dapat mencapai 3 – 5 liter dalam 24
jam sebelum permukaan kulit ditutup.
b.
Hyponatremia; sering terjadi dalam
minggu pertama fase akut karena air berpindah dari interstisial ke dalam
vaskuler.
c.
Hypolkalemia, segera setelah luka bakar
sebagai akibat destruksi sel masif, kondisi ini dapat terjadi kemudian denghan
berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
d.
Anemia, karena penghancuran sel darah
merah, HMT meningkat karena kehilangan plasma.
e.
Trombositopenia dan masa pembekuan
memanjang.
3. Respon Pulmonal
a)
Hyperventilasi dapat terjadi karena pada
luka bakar berat terjadi hipermetabolik dan respon lokal sehingga konsumsi
oksigen meningkat dua kali lipat.
b)
Cedera saluran nafas atas dan cedera
inflamasi di bawah glotis dan keracunan CO2 serta defek restriktif.
4. Respon Gastrointestinal
Terjadi
ileus paralitik ditandai dengan berkurangnya peristaltik usus dan bising usus;
terjadi distensi lambung dan nausea serta muntah, kondisi ini perlu dekompresi
dengan pemasangan NGT, ulkus curling yaitu stess fisiologis yang masif
menyebabkan perdarahan dengan gejala: darah dalam feses, muntah seperti kopi
atau fomitus berdarah, hal ini menunjukan lesi lambung/duodenum.
5. Respon Sistemik Lainnya
a.
Terjadi perubahan fungsional karena
menurunnya volume darah, Hb dan mioglobin menyumbat tubulus renal, hal ini bisa
menyebabkan nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal akut.
b.
Perubahan pertahanann imunologis tubuh;
kehinlangan integritas kulit, perubahan kadar Ig serta komplemen serum,
gagngguan fungsi netrofil, lomfositopenia, resiko tinggi sepsis.
c.
Hypotermia, terjadi pada jam pertama
setelah luka bakar karena hilangnya kulit, kemudian hipermetabolisme
menyebabkan hipertermia kendati tidak terjadi infeksi.
d.
Pemeriksaan Diagnostik
1.Hitung
darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan
dengan perpindahan/ kehilangan cairan.
2.Elektrolit
serum : kalium meningkat karena cedera jaringan /kerusakan SDM dan penurunan
fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
3.Alkalin
fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/
gangguan pompa natrium.
4. Urine
: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan
kehilangan protein.
5. Foto
rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi
6. Skan
paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
7. EKG
untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
8. BUN
dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
9. Kadar
karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
10. Bronkoskopi
membantu memastikan cedera inhalasi asap.
11. Albumin
serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan.
12. Fotografi
luka bakar : memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
(Doenges, 2000, 804)
e.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif
A.
Pre Hospital
Seorang
yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal
ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin.
Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan
(roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera
gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus
luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan
kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami
luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar.Jangan
membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan
evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi.
Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis
analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga
medis
B.
Hospital
a.
Resusitasi A, B, C.
Setiap
pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
1. Airway
- apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah:
riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar,
dan sputum yang hitam.
2. Breathing
- eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas,
segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang
dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan
fraktur costae
3. Circulation
- luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada
luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma
yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat
diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans
b) Resusitasi Cairan
Dua
cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka
bakar yaitu :
1. Cara
Evans
Untuk
menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
·
Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc
Nacl
·
Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc
larutan koloid
·
3.2000cc glukosa 5%
Separuh
dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari
pertama.Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari
kedua.Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.
2. Cara
Baxter
Merupakan
cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada
hari pertama dihitung dengan rumus :
Baxter
= % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh
dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam
16 jam.Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat
karena terjadi hiponatremi.Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
c) Infus, kateter, CVP, oksigen,
Laboratorium, kultur luka.
d) Monitor urine dan CVP.
e) Topikal dan tutup luka
· Cuci
luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
· Tulle
· Silver
sulfa diazin tebal.
· Tutup
kassa tebal.
· Evaluasi
5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f) Obat – obatan
· Antibiotika
: tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
· Bila
perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.
· Analgetik
: kuat (morfin, petidine)
· Antasida
: kalau perlu
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan
juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh.Hal
ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan
dari eskar.Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa
menjadi kebal pada ujung-ujung distal.Tindakan yang dilakukan yaitu membuat
irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas.
Debirdemen diusahakan
sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.
(Arif, 2000)
Komplikasi
1. Infeksi
Infeksi merupakan
masalah utama.Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis.Berikan
antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi.Kortikosteroid jangan
diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada
keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan
penyelamatan jiwa penderita.
2. Curling’s ulcer (ulkus Curling)
Ini merupakan
komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10.Terjadi ulkus pada
duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis.Antasida harus
diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat.Pada
endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
3. Gangguan Jalan nafas
Paling dini muncul
dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama.Terjadi karena
inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi.Penanganan dengan jalan membersihkan
jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis
tinggi dan antibiotika.
4. Konvulsi
Komplikasi yang sering
terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh
ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin,
aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
5. Kontraktur
Merupakan gangguan
fungsi pergerakan
6. Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut
3. Konsep Asuhan Keperawatan Luka Bakar
A. Pengkajian
a) Anamnesa
1. Identitas
a. Identitas klien
- Nama :
- Umur :
(Umur seseorang tidak
hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun
dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian)
(Lukman F dan Sorensen K.C)
- Jenis kelamin :
- Pendidikan :
(Pendidikan menentukan
intervensi ynag tepat dalam pendekatan)
- Pekerjaan :
(Data pekerjaan perlu
karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar)
- Alamat :
- Tanggal MRS :
b. Identitas penanggung jawab
Informan apabila dalam
melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari klien.
b) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan
oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas.Nyeri dapat disebabkan karena
iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan
paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa
jam / hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran
pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila
edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
c) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien
mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang
dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan
pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama
terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ),
fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
2. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat
penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar.
Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat penyakit
kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol
3. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran
keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan
klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari
pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan
penyakit turunan
d) Pola ADL (Activity Daily Living)
1. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan
kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan
massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera
luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer
distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
3. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang
keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas,
menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine
menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran
kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak
ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan
umum; anoreksia; mual/muntah.
6. Neurosensori:
Gejala: area batas;
kesemutan.
Tanda: perubahan
orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran
timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri;
contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh;
ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat
kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam
ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk
mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan
sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada
adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik
(oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan:
Tanda:
- Kulit umum: destruksi jaringan dalam
mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar
mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
- Cedera api: terdapat area cedera
campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan
bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah;
lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
- Cedera kimia: tampak luka bervariasi
sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seperti
kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera
secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan
dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
- Cedera listrik: cedera kutaneus
eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi
dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
e) Riwayat psiko-sosial
Pada klien dengan luka
bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang disebabkan karena
fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.Selain itu juga luka
bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam
melakukan aktifitas.Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.
f) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Umumnya penderita
datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan
penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat.
2. TTV
Tekanan darah menurun
nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian
darah pada 48 jam pertama
3. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala,
penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya
lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
b. Mata
Catat kesimetrisan dan
kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan
gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia
akibat luka bakar
c. Hidung
Catat adanya
perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.
d. Mulut
Sianosis karena
kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang.
e. Telinga
Catat bentuk, gangguan
pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen.
f. Leher
Catat posisi trakea,
denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi
kekurangan cairan
g. Thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak,
irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang
bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi,
suara nafas tambahan ronchi
h. Abdomen
Inspeksi bentuk perut
membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang
mengidentifikasi adanya gastritis.
i. Urogenital
Kaji kebersihan karena
jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan tempat pertumbuhan kuman yang
paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
j. Muskuloskletal
Catat adanya atropi,
amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
kekuatan otot menurun karena nyeri
4. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran
secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah
ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
5. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan
pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).
Diagnosa Keperawatan
1. Defisit
volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
2. Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer,
kerusakkan kulit, rauma jaringan prosedur invasive
3. Nyeri
akut berhubungan dengan kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar
4. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
Intervensi Keperawatan
1. Defisit
volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
Tujuan
: setelah diberikan askep selama …x 24 jam diharapkan intake dan output cairan
dalam tubuh pasien seimbang
Kriteri
Hasil :
- Turgor kulit normal
- Intake dan output cairan tubuh pasien
seimbang
Intervensi :
Mandiri:
-
Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif/tak
ada bunyi
-
R/ : ileus sering berhubungan dengan
periode pasca luka bakar tetapi biasanya dalam 36-48 jam dimana makanan oral
dapat dijumpai.
-
Perhatikan jumlah kalori, kaji ulang
persen area permukaan tubuh terbuka/luka tiap minggu.
-
R/ : pedoman tepat ntuk pemasukan kalori
tepat. Sesuai penyembuhan luka, persentase area luka bakar dievaluasi untuk
menghitung bentuk diet yang diberikan dan penilaian yang tepat dibuat.
-
Berikan makan dan makanan kecil sedikit
dan sering.
-
R/: membantu mencegah distensi gaster/
ketidaknyamanan dan meningkatkan pemasukan.
-
Dorong pasien untuk memandang diet
sebagai pengobatan dan membuat pilihan makanan/ minuman tinggi kalori/protein.
-
R/ : kalori dan protein diperlukan untuk
mempertahankan berat badan,kebutuhan memenuhi metabolik, dan meningkatkan
penyembuhan.
-
Berikan bersihan oral sebelum makan.
-
R/ : mulut/palatum bersih meningkatkan
rasa dan napsu makan yang baik.
-
Lakukan pemeriksaan glukosa strip jari,
klinites/asetes sesuai indikasi.
-
R/ : mengawasi terjadinya hiperglikemia
sehubungan dengan perubahan hormonal/kebutuhan atau penggunaan hiperalimentasi
untuk memenuhi kebutuhan kalori.
-
Pasang/pertahankan makanan sedikit
melalui selang enterik/tambahan bila dibutuhkan.
-
R/ : memberikan makanan kontinu/tambahan
bila pasien tidak mampu untuk menkonsumsi kebutuhan kalori total harian.
-
Awasi pemeriksaan laboraturium, contoh
albumin serum,kreatinin, transferin, nitrogen urea urine.
-
R/ : indikator kebutuhan nutrisi dan
keadekuatan diet/terapi.
-
Berikan insulin sesuai indikasi.
-
R/ : peningkatan kadar glukosa serum
dapat terjadi sehungan dengan respon stres terhadap cedera, pemasukan tinggi
kalori, kelelahan pankreas.
2. Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer,
kerusakkan kulit, rauma jaringan prosedur invasif.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam, diharapkan risiko
infeksi tidak menjadi aktual, dengan kriteria hasil :
- Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
- Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi
Mandiri
-
Kaji tanda- tanda infeksi
-
R/ : mengetahui dini terjadinya infeksi
-
Batasi jumlah pengunjung.
-
R/ : mengurangi kontaminasi silang.
-
Jaga asepsis selama pasien berisiko.
-
R/ : meminimalkan kesempatan untuk
kontaminasi
-
Sediakan perawatan kulit pada area yang
edema
-
R/ : perawatan kulit pada area yang
edema dapat membantu mencegah terjadinya infeksi yang lebih luas.
-
Inpeksi kulit dan membrane mukosa selama
kemerahan, panas tinggi atau drainase
-
R/: apabila kulit kembali kemerahan dan
terdapat drainase purulen menandakan terjadi prosesinflamasi bakteri.
-
Inpeksi kondisi luka/bekas operasi.
-
R/ : Mencegah terjadinya infeksi yang
lebih luas
-
Dorong intake cairan.
-
R/ : mempertahankan keseimbangan cairan
untuk mendukung perfusi jaringan.
-
Anjurkan intake nutrisi yang cukup.
-
R/ : mempertahankan keseimbangan nutrisi
untuk mendukung perpusi jaringan dan memberikan nutrisi yang perlu untuk
regenerasi selular dan penyembuhan jaringan
-
Dorong istirahat
-
R/ : Mencegah kelelahan/ terlalu lelah
dan dapat meningkatkan koping terhadap ketidaknyamanan
-
Ajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda dan gejala infeksi dan melaporkan kepada petugas perwatan ketika terdapat
tanda dan gejala infeksi.
-
R/ : Meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga
Kolaborasi
-
Berikan antibiotic sesuai indikasi.
-
R/ : antibiotic dapat menghambat proses
infeksi
-
Monitor absolute granulosit, WBC (White blood cell
count)
,dan hasil normal.
-
R/ : WBC merupakan salah satu data
penunjang yang dapat mengidentifikasi adanya bakteri di dalam darah. Sel darah
putih akan meningkat sebagai kompensasi untuk melawan bakteri yang mnginvasi
tubuh.
3. Nyeri
akut berhubungan dengan kerusakan ujung-ujung saraf karena luka bakar
Tujuan
: setelah diberikan askep selama … x 24jam diharapkan nyeri pasien berkurang.
Kriteria hasil :
- Pasien mengatakan nyeri berkurang
- Pasien tampak relax
- Skala nyeri = 3
- nadi = 80-100 x/mnt
Intervensi
Mandiri
:
-
Tutup luka sesegera mungkin kecuali
perawatan luka bakar metode pemajanan pada udara terbuka
-
R/ : suhu berubah dan gerakan udara
dapat menybabkan nyeri hebat pada pemajanan ujung saraf
-
Tinggikan ekstremitas luka bakar secara periodic
-
R/ : peninggian mungkin diperlukan pada
awal untuk menurunkan pembentukan edema; setelah perubahan posisi dan
peninggian menurunkan ketidaknyamanan serta risiko kontraktur sendi
-
Berikan tempat tidur ayunan sesuai
indikasi
-
R/ : peninggian linen dari luka membantu
menurunkan nyeri
-
Ubah posisi dengan sering dan rentang
gerak pasif dan aktif sesuai indikasi
-
R/ : gerakan dan latihan menurunkan
kekakuan sendi dan kelelahan otot tetapi tipe latihan tergantung pada lokasi
dan luas cedera
-
Pertahankan suhu linhkungan nyaman,
berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat.
-
R/ : pengaturan suhu dapat hilang karena
luka bakat mayor. Sumber panas eksternal untuk mencegah menggigil
-
Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi
atau karakter (skala 0-10)
-
R/ : nyeri hampir selalu ada pada
beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan atau kerusakan tetapi paling
berat selama penggantian balutan dan debridemen. Perubahan lokasi/ karakter/
intensitas nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi atau perbaikan
kembalinya fungsi saraf.
-
Dorong ekpresi perasaan tentang nyeri.
-
R/ : pertanyaan memungkinkan
pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping.
-
Libatkan pasien dalam penentuan jadwal
aktivitas, pengobatan, pemberian obat.
-
R/ : meningkatkan rasa kontrol pasien
dan kekuatan mekanisme koping.
-
Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh
pijatan pada area yang tidak sakit, perubahan posisi dengan sering.
-
R/ : dukungan empati dapat membantu
menghilangkan nyeri atau meningkatkan relaksasi.
-
Dorong penggunaan teknik manajemen
stres, contoh relaksasi progresif, nafas dalam, bimbingan imajinasi, dan
visualisasi.
-
R/ : memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa kontrol yang dapat menurunkan
ketergantungan farmakologis.
-
Berikan analgesik sesuai indikasi.
-
R/ : metode IV sering digunakan pada
awal untuk memaksimalkan efek otot.
4. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit.
Tujuan
: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan pasien
menunjukkan regenerasi jaringan dengan kriteria hasil :
- Mencapai penyembuhan tepat waktu pada
area luka bakar.
Intervensi:
:
Mandiri
-
Kaji/catat ukuran,warna, kedalaman luka,
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar Kulit
-
R/ : memberikan informasi dasar tentang
kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area
graft.
-
Berikan perawatan luka bakar yang tepat
dan tindakan kontrol infeksi.
-
R/ : menyiapkan jarinagan untuk
penanaman dan menurunkan risiko infeksi/kegagalan graft.
Kolaborasi :
-
Siapkan/bantu prosedur bedah/balutan
biologis, contoh:
-
Homograft (allograft)
-
R/ : graft kulit diambil dari kulit
orang itu sendiri atau orang yang sudah meninggal (donor mati) digunakan untuk
penutupan sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam
(test graft), untuk menutup luka terbuka secara cepat setelah eskarotomi untuk
melindungi jaringan granulasi.
-
Heterograft (xenogratf, porcine)
-
R/ : kulit graft diambil mungkin dari
binatang denganpenggunaan yang sama untuk homograft atau untuk autograft yang
berlubang.
-
Autograft
-
R/ : kulit graft diambil dari bagian
pasien yang tak cedera; mungkin ketebalan penuh atau ketebalan parsial.
BAB
III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kulit adalah organ
kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi,
mencegahkehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi
sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D,
dan mempengaruhi citra tubuh. Lukabakar adalah hal yang umum, namun merupakan
bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah
Luka bakar merupakan
cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang beratmemperlihatkan
morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh
sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya.
Penyebab lukabakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung
), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia.
Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram
panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Luka bakar adalah rusak
atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas
(scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat
bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari.
2. Saran
Adapun saran dari
penulis yakni, pembaca dapat memahami dan mengerti tentang luka bakar, tingkat
luka bakar, tindakan perawatan pada luka bakar dan dapat bermanfaaat dan
berguna bagi pembaca dan masyarakat umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Carpenito-Moyet,
Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.
2. Corwin,
Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC.
3. Doenges,
E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
4. Muttaqin,
Arif, dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika.
5. Santosa
Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.
6. Smeltzer,
Suzzane, and Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah/ Brunner &
Suddarth.Vol. 2. Jakarta: EGC.
LuckyClub Casino UK ᐈ Review 2021 - Lucky Club
BalasHapusLucky Club offers over 100 games and over luckyclub.live 200 slots and jackpots. Bet with real money in our trusted LuckyClub Casino UK Review for 2021.