BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar
belakang
Tali
pusat terbentuk sejak awal kehamilan. Setelah embrio terbentuk, yaitu pada
minggu ke 5, tali pusat sudah bisa terlihat melalui pemeriksaan USG, yang
tampak sebagai benang tipis diantara embrio dan plasenta. Itu lah yang akan
menjadi cikal bakal tali pusat. Seiring janin berkembang, tali pusat bertambah
panjang dan diameternya juga bertambah lebar karena ia memulai tugasnya menjadi
selang dan makanan buat janin.
Adanya
lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan, pada umumnya tidak menimbulkan
masalah, namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan
kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat
menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh
darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat
makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau
hipoksia.
Tali
pusat bermuara di plasenta dan berujung pada pusat janin. Manfaat paling penting
dari tali pusat adalah sebagai jembatan penghubung antara ibu dan janin. Karena
dari plasenta dirahim ibu, tersedia semua nutrisi, darah dan oksigen yang siap
disalurkan lewat tali pusat kejanin. Termasuk faktor kekebalan atau imunologi
dari ibu. Infeksi bakteri tertentu, juga parasit dan virus dapat pula ikut
masuk ke janin melalui tali pusat. Karena fungsinya sebagai selang penghantar
makanan dan oksigen ke janin sehingga tali pusat menjadi vital bagi pertumbuhan
dan perkembangan janin. Kelainan tali pusat misalnya terjadi hambatan, dapat
mengganggu aliran makanan dan oksigen kejanin bisa mengakibatkan janin gagal
berkembang bahkan berakhir dengan kematian.
2. Tujuan
a. Tujuan
umum
Setelah
selesainya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan
keperawatan pada ibu hamil yang janinnya mengalami prolapse korda umbilical.
b. Tujuan
khusus
o
Dapat memahami konsep dasar medis
terkait mengenai prolapse korda umbilical/Prolaps tali pusat
o
Dapat memahami konsep dasar keperawatan
mengenai rolapsed korda umbilical/prolaps tali pusat.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
1. Pengertian
Prolaps
tali pusat adalah Tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah
janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000,hal.308)
Prolaps
Tali Pusat adalah Keadaan darurat yang mana keadaan tali pusat dipindahkan
diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu. ( Maternal
Invant Health, hal 68)
Pembagian prolaps tali pusat
a. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli)
Adalah
jika tali pusat teraba keluar atau berada disamping dan melewati bagian
terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina
atau bahkan diluar vagina setelah
ketuban pecah.
b. Tali pusat terdepan (tali pusat
terkemuka)
Adalah
jika tali pusat berada disamping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah
dari bagian bawah janin sedangkan ketubah masih intek atau belum pecah.
c. Occult
prolapse
adalah
keadaan dimana tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi tidak dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina.
(Winkjosastro,2005 Kedaruratan obsterti & Ginekologi,
hal 372)
2.
Etiologi
a.
Etiologi fetal
1.
Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi
pada presentasi:
o Letak
lintang
o Letak
sungsang presentasi bokong, terutama bokong kaki.
2.
Prematuritas
Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan
prematur, yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil.
3. Gemeli
Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan
adaptasi,frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar.
4. Polihidramnion
Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan
mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke bawah.
b.
Etiologi Maternal
1.
Disproporsi kepala panggul
Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan
kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat
menumbung.
2. Bagian
terendah yang tinggi
Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat
terjadi meskipun panggul normal.
c.
Etiologi dari tali pusat dan plasenta
1.
Tali pusat yang panjang
Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah
menumbung.
2. Plasenta
letak rendah
Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi
penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat
serviks.
3. Manifestasi
Klinik
o
Tali pusat kelihatan menonjol keluar
dari vagina
o
Tali pusat dapat dirasakan atau diraba
dengan tangan di dalam bagian yang lebih sempit dari vagina
o
Keadaan jalan lahir yang berbahaya
mungkin terjadi sebagai mana tali pusat ditekan antara bagian presentase dan
tulang panggul.
o
Bradikardia janin (DJJ<100x/menit)
o
Hipoksia janin
5.
Diagnosis
Ibu tidak dapat
merasakan adanya prolaps tali pusat pada dirinya. Masalh tampak ketika memonitor
denyut jantung bayi yang menunjukkan penurunan denyut jantung (brakikardi), dan
penemuan saat melakukan vaginal toucher. Alat bantu yang dapt digunakan antara
lain: Doppler, kardiotograf, ultrasonografi. Gawat janin yang tampak dengan
alat tersebut menunjukkan deselerasi variabel sebagai konsekuensi dari kompresi
tali pusat. Diagnostik tali pusat menumbung lebih mudah ditegakkan ketika
terlihat atau terabanya jerat tali pusat di dalam vagina yang terkadang sudah
menjulur sampai diluar vulva. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menegakkan
diagnosa kemungkinan adanya tali pusat tersembunyi, letak terkemuka atau tali
pusat menumbung. Janin yang masih hidup teraba tali pusat berdenyut sebaliknya
pada janin yang sudah mati tali pusat tak berdenyut lagi (Winkjosastro, 2007).
6.
Komplikasi
1. Pada
Ibu
Dapat
menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks dengan
jari tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini
harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia.
Infeksi merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama(Chuningham dkk, 2005).
2. Pada
janin
a. Gawat
janin
Gawat
janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh oksigen yang
cukup.
Gawat
janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
-
Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari
120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.
-
Berkurangnya gerakan janin (janin normal
bergerak lebih dari 10 x / hari).
-
Adanya air ketuban bercampur mekonium,
warna kehijauan(jika bayi lahir dengan letak kepala).
b. Cerebral
palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan ketrampilan motorik
(kemmpuan untuk bergerak dalam cara yang terkoordinasidan terarah)akibat dari
rusaknya otak karena trauma lahir atau patologi intrauterin (Chuningham dkk,
2005).
7. Penatalaksanaan
1.
Tali pusat berdenyut
o
Jika tali pusat berdenyut, berarti janin
masih hidup.
o
Beri oksigen 4-6 liter/ menit melalui
masker atau nasal kanul
o
Memposisikan ibu untuk menungging atau
posisi tredelenbrug untuk mengurangi tekanan pada tali pusat.
o
Diagnosis tahapan persalinan melalui
pemeriksaan dalam segera.
o
Jika
ibu pada persalinan kala I :
-
Dengan sarung tangan desinfeksi tingkat
tinggi (DTT) masukan tangan kedalam vagina dan bagian terendah janin segera
didorong ke atas, sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi.
-
Tangan yanglain menahan bagian terendah
di supra bubis dan evaluasi keberhasilan reposisi.
-
Jika bagian terbawah janin sudah
terpegang dengan kuat diatas rongga panggul, keluarkan tangan dari vagina,
letakan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukan sesio cesarea.
-
Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg
IV untuk mengurangi kontraksi rahim.
o
Segera lakukan seksio cesarea.
o
Jika
ibu pada persalinan kala II :
-
Pada persentasi kepala, lakukan
persalinan segera dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam/forseps.
-
Jika persentase bokong/sungsang lakukan
ekstraksi bokong atau kaki, dan gunakan forseps pipa panjang untuk melahirkan
kepala yang menyusul.
-
Jika letak lintang, siapkan segera
seksio caesarea.
-
Siapkan segera resusitasi neonatus.
2.
Tali pusat tidak berdenyut
Jika
tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah
tidak merupakan tindakan darurat lagi, lahirkan bayi secara normal tanpa
mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan
keluarganya tentang apa yang terjadi dan tindakan apa yang terjadi serta
tindakan apa yang akan dilakukan.Diharapkan persalinan dapat berlangsung
spontan pervia
8.
Asuhan Keperawatan pada Persalinan
dengan Prolaps Tali Pusat
1.
Pengkajian
a. Identitas
klien
b. Riwayat
kehamilan (GPA)
c. Pemeriksaan
umum : kesadaran, tanda vital, keadaan umum.
d. Pemeriksaan
khusus :
1) Abdomen
:
o
Inspeksi : Ada striae dan linea atau
tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.
o
Palpasi : Tinggi fundus uteri,
pemeriksaan leupold.
o
Auskultasi : DJJ normal tidak.
o
Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus
ada atau tidak.
o
Ekstremitas : ada varises atau tidak,
edema ada atau tidak.
o
Pemeriksaan vaginal toucher
o
Teraba tali pusat pada daerah ostium
uterus.
e. Aktivitas
atau istirahat
Melaporkan
keletihan kurang energi letargi dan penurunan penampilan.
f. Sirkulasi
Tekanan darah ibu meningkat, dapat
terjadi hipoksia pada janin karena kurangnya sirkulasi dari ibu ketali pusat.
g. Eliminasi
Distensi usus dan kandung kemih mungkin
ada
h. Integritas
ego
Kontraksi melemah, dengan intensitas
lemah sampai sedang
i.
Keamanan
-
Pemeriksaan vagina dilakukan untuk
menentukan posisi dari tali pusat
-
Kaji adanya kelainan pada jalan lahir
atau janin seperti panggul yang sempit, letak lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin
yang terlalu kecil
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah ke plasenta atau
melalui tali pusat (prolaps).
b. Cemas
berhubungan dengan situasi, ancaman yang dirasakan oleh ibu atau janin.
c. Resiko
cedera terhadap janin berhubungan dengan
hipoksia janin dan abnormalitas
pelvis ibu.
d. Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
e. Koping
individu tidak efektif berhubungan dengan komplikasi persalinan
1.
Gangguan pertukaran gas b/d perubahan
aliran darah ke plasentaatau melalui tali
pusat (prolaps).
Tujuan
:Pertukaran gas pada janin efektif.
Kriteria
Hasil: DJJ pada batas normal, memanifestasikan variabilitas pada strip
pemantau, bebas dari deselerasi lambat.
Intervensi
:
o
Perhatikan maturasi janin berdasarkan
riwayat ibu dan pengukuran uterus.
R : Usia gestasi janin, harus 36 minggu
atau lebih untuk dilakukan induksi persalinan.
o
Lakukan manuver Leupold dan pemeriksaan
vaginal steril, perhatikan presentasi dan posisi janin.
R: Menentukan kelainan pada letak janin
apakah persentasi verteks, persentasi bokong dan lain –lain.
o
Posisikan ibu telentang dengan bagian
kepala ibu lebih rendah dari panggul ibu yang dipotong dengan bantal.
R : Membantu mendapatkan strip
pemantauan janin eksternal adekuat untuk mengevaluasi pola kontraksi dan irama
jantung janin.
o
Perhatikan pada ibu adanya faktor-faktor
yang secara negatif mempengaruhhi sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin.
R: Penurunan volume sirkulasi atau
vasospasme dalam plasenta menurunkan ketersediaan oksigen untuk janin.
o
Gunakan EFM (electric fetal monitoring)
15- 20 menit sebelum prosedur induksi.
R : Menentukan kesejahteraan janin dan
memberikan pengkajian dasar DJJ dan aktivitas uterus.
o
Lanjutkan pemantauan DJJ, perhatikan
perubahan denyut deselerasi selama dan setelah kontraksi.
R : Distres janin dapat terjadi karena
hipoksia,mungkin dimanifestasikan dengan
penurunan viabilitas,daselerasi lambat,dan takikardi yang diikuti dengan
brakikadi.
o
Perhatikan warna dan jumblah cairan
aminon bila ketuban pecah.
R :
Distres janin pada presentasi verteks dimanifesasikan dengan kandungan
mekonim yang mrupakan akibat dari respons vegal pada hipoksia.
o
Keji reaksi DJJ terhadap
kontraksi,perhatikan beradikardi atau deselerasi lambat.
R:
Pengkajian yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipoksia.Rentang
normal DJJ adalah 120 – 160 kali permenit.
2.
Ketakutan/ kecemasan b/d situasi atau
ancaman yangdirasakan oleh ibu
Tujuan
: Kecemasan klien berkurang/hilang
Kriteria
Hasil : Klien tampak lebih tenang, dan kooperatif terhadap tindakan penanganan
medik
Intervensi
:
o
Diskusikan situasi dan pemahaman tentang
situasi dengan klien dan pasangan.
R:
Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
o
Pantau respon verbal dan non verbal
klien/ pasangan.
R : Menandakan rasa cemas yang sedang
dialami klien/ pasangan/ keluarga.
o
Libatkan klien dalam perencanaan dan
berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin.
R:
Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi,
sehingga dapat menurunkan rasa cemas.
o
Dengarkan masalah klien secara aktif.
R :
Memberikesempatan pada klien untuk menemukan solusi sendiri.
o
Jelaskan setiap prosedur arti dari
setiap gejala.
R :
Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa cemas dan meningkatkan rasa
kontrol terhadap situasi.
o
Berikan informasi dalam bentuk verbal
dan tertulis dan beri kesempatan klienuntuk mengajukan pertanyaan, serta jawab
pertanyaan dengan jujur.
R: Pengetahuan akan membantu klien
mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi tertulis
memungkinkan klien untuk meninjau ulang informasi karena akibat tingkat stres,
klien tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat
meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa cemas.
3. Risiko
cedera janin yang berhubungan dengan hipoksida janin dan abnormalitas pelvis
ibu
Tujuan
:Cedera pada janin tidak terjadi .
Kriteria
hasil: Menunjukan denyut nadi dalam batas normal dengan variabilitas yang
baik,ibu berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan
\atau menurunkan faktor resiko yang teridentifikasi.
Intervensi
:
o
Kaji DJJ secara manual atau elektronik
,prhatikan variabilitas perubahan periodik dan frekuensi dasar .
R: Untuk mendeteksi respons abnormal
seperti variabilitas yang dilebihkan bradikardi dan takikardi yang mungkin di
sebabkan oleh stres ,hipoksida,asidosis,atau sepsis
o
Perhatikan tekanan uterus selama
istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia.
R: Tekanan istirahat lebih besar dari 30
mmHg atau tekanan kontraksi >50 mmHg menurunkan atau menggangu oksigenasi
o
Identifikasi faktor-faktor maternal
seperti dehidrasi,asidosis,dan ansietas.
R:
Kadang kadang prosedur sederhana meningkatkan sirkulasi darah juga
oksigen ke uterus dan plasenta serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksida
janin .
o
Observasi terhadap prolaps tali pusat
sama atau dapat dilihat bila pecah ketuban khususnya pada janin presentasi
bokong .
R: Prolaps tali pusat lebih mungkin
terjadi pada presentasi bokong karena bagian presentasi tidak menonjol keluar
juga tidak secara total memblok tulang seperti pada presentasi verteks.
o
Perhatikan bau dan perubahan warna
cairan aminion pada pecah ketubn lama.Dapatkan kultur bila temuan obnormal.
R : Infeksi asendens dan spesis disertai dengan
takikardi dapat tarjadi pada pada pecah ketuban lama.
Kolaborasi
o
Berikan anti biotik pada ibu sesuai
indikasi.
R: Mencegah atau mengatasi infeksi
asendens dan akan melindungi janin juga.
o
Siapkan untuk kelahiran secara cesarea
bila presentasi bokong terjadi,janin gagal urun kemajuan persalinan berhenti.
R: Melahirkan pervaginam dari bokong
dihubungkan dengan cedera pada vertebra janin ,sutua otak,klavikuladan
meningkan mortalitas dan morbiditas janin. Risiko hipoksia karena stimulasi
vegina lama dapat dicegah dan intervensi bedah segera dilakukan.
4.
Resiko infeksi berhubungan dengan
prosedur invasif
Tujuan
: Tidak terjadi infeksi
Kriteria
Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervesi
:
o
Lakukan pemeriksaan vagina awal
R:
Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam infeksi saluran asendens.
o
Tekankan pentingnya mencuci tangan yang
baik dan tepat.
R : Menurunkan resiko yang memerlukan/
menyebarkan agen.
o
Gunakan tekhnik aseptik selama
pemeriksaan vagina.
R:
Membantu mencegah pertumbuhan bakteri, membatasi kontaminasi dari
pencapaian ke vagina.
o
Pantau dan gambarkan karakter cairan
amniotik.
R:
Pada infeksi, cairan amniotik menjadi lebih kental dan kuning pekat dan
bau dapat dideteksi.
o
Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel
darah putih sesuai indikasi.
R : Dalam 1
jam setelah membran ruptur, insiden koriamnionitis meningkat secara progresif
sesuai waktu ditunjukan dengan peningkatan tanda- tanda vital dan leukosit.
.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Prolapsustali
pusat adalah kejadian yang jarang
dijumpai dalam persalinan, untuk mengetahui ada tidaknya prolaps tali pusat
maka dalam setiap pemeriksaan persalinan harus cemat dan teliti,seperti pada
persalinan preterm atau jika terdapat
malpresentasi dan malposisi janin karena apabila prolaps tali pusat
diketahui setelah selaput ketuban pecah dapat berbahaya bagi bayi kerena dapat
terjadi hipoksia yang berat
B. Saran
o
Sebagai tenaga kesehatan harus melakukan
pemeriksaan secara benar dan teliti
o
Diharapkan tenaga kesehatan (mahasiswa
keperawatan ,perawat atau bidan) mampu mengetahui tanda dan gejala prolaps tali
pusat serta cara penangannya
o
Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan
pelayanan yang optimal dan dapat memberikan tindakan atau keputusan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan
Maternitas, Jakarta: Salemba Medika.
2.
Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri
Williams. Jakarta: EGC
3.
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBBSP
4.
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Bedah
Kebidanan. Jakarta:YBBSP
5.
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu
Kebidanan. Jakarta:YBBSP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar