KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada ALLAH Yang Maha
Esa dan atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Teori-Teori Perubahan Prilaku”. Makalah ini disusundalam rangka memenuhi tugas
dari Dosen.
Makalah ini menganalisis tentang teori-teori tentang
prilaku menurut para pakar. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami
mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Namun kami selaku
penulis menyadari bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Akhir
kata kami ucapkan semoga makalah ini bermamfaat, khususnya bagi kami yang
menyusun makalah ini dan bagi pembaca umumnya.
Bandar Lampung,13 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ………………………………………………………………………1
2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………1
3. Tujuan ………………………………………………………………………1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Perilaku ………………………………………………………………………2
2. Bentuk- bentuk perubahan prilaku ………………………………………………2
3. Teori Tentang Perubahan Perilaku ………………………………………………3
a. Teori Stimulus Organisme Respons ………………………………………………3
b. Teori Festinger ………………………………………………………………5
c. Teori Fungsi ………………………………………………………………6
d. Teori Kurt Lewin ………………………………………………………………7
e. Teori WHO ………………………………………………………………………8
BAB III
PENUTUP
1. Simpulan ……………………………………………………………………………...10
2. Daftar Pustaka ………………………………………………………………………11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang
(stimulus) dan respon. Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu
kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif
dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orang
tua, teman, Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui
proses belajar.
Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang
didasari oleh perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang
saling berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output. lndividu
atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya perilaku tersebut. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian terletak di dalam
individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian terletak diluar
dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku
itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu
terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan
perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi perilaku ?
2. Menjelaskan perubahan perilaku ?
3. Bagaimana bentuk-bentuk perubahan
perilaku ?
4. Menjelaskan faktor pembentuk
perilaku ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi perilaku.
2. Untuk mengetahui perubahan
perilaku.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk
perubahan perilaku.
4. Untuk mengetahui faktor pembentuk
perilaku.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Definisi
Perilaku adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat
luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku dan gejala
perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh
faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup
termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi
dasar atau modal untuk perkembangan
perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan
adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.
A. PERUBAHAN PERILAKU
INDIVIDUAL
Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
Individu.
1.
Perubahan
Alamiah ( Natural Change )
Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian
perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Contoh : perubahan perilaku
yang disebabkan karena usia seseorang.
2.
Perubahan
terencana ( Planned Change )
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang
direncanakan sendiri oleh subjek.contoh : perubahan perilaku seseorang
karena tujuan tertentu atau ingin mendapatkan sesuatu yang bernilai baginya.
3.
Kesediaan
untuk berubah ( Readdiness to Change )
Apabila terjadi suatu inovasi atau
program-program pembangunan di dalam organisasi, maka yang sering terjadi
adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan
tersebut, dan ada sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi
atau perubahan tersebut.
Contoh : perubahan teknologi pada suatu
lembaga organisasi, misal dari mesin ketik manual ke mesin komputer, biasanya
orang yang usianya tua sulit untuk menerima perubahan pemakaian teknologi
tersebut.
Strategi Perubahan Perilaku
Individu
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan
perilaku , dikelompokkan menjadi tiga :
1.
Menggunakan
kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Misal : dengan adanya peraturan-peraturan /
perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat.
Strategi ini dapat berlangsung cepat akan
tetapi belum tentu berlangsung lama karena perubahan perilaku terjadi tidak
atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2.
Pemberian
informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang
sesuatu hal yang berkaitan dengan hal tertentu.
3.
Diskusi
partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang
kedua di atas yang dalam memberikan informasi-informasi tentang peraturan baru
organisasi tidak bersifat searah saja tetapi dua arah.
TEORI TENTANG PERUBAHAN PERILAKU INDIVIDU
1.
Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Menurut Skinner, seperti
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon
terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo,
2003) :
1. Perilaku tertutup
(convert behavior)
Perilaku tertutup adalah
respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh
orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt
behavior)
Teori ini mendasarkan
asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas
rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari
sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara
sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau
masyarakat.
Hosland, et al (1953)
mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses
belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada
individu yang terdiri dari :
a.
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada
organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima
atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu
dan berhenti disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada
perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
b.
Apabila stimulus telah mendapat perhatian
dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada
proses berikutnya.
c.
Setelah itu organisme mengolah stimulus
tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah
diterimanya (bersikap).
d.
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta
dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini
mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang
diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat
melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat
meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement
memegang peranan penting.
Contoh
Aplikasi Teori
Iklan
televisi merupakan sarana memperkenalkan produk kepada konsumen. Keberadaanya
sangat membantu pihak perusahaan dalam mempengaruhi afeksi pemirsa. Ia menjadi
kekuatan dalam menstimulus pemirsa agar mau melakukan tindakan yang diinginkan.
Secara
substansi iklan televisi memiliki kontribusi dalam memformulasikan pesan-pesan
kepada pemirsa. Akibatnya secara tidak langsung pemirsa telah melakukan proses
belajar dalam mencerna serta mengingat pesan yang telah diterimanya. Kondisi
ini tentunya tanpa disadari sebagai upaya mengubah sikap pemirsa.
Senada dengan yang
diungkapkan oleh Hovland, Janis dan Kelley diatas (pada uraian teori S-O R)
yang menyatakan ada tiga variabel penting dalam menelaah sikap yang dirumuskan
dalam teori S-O-R, secara interpretatif iklan televisi merupakan stimulus yang
akan ditangkap oleh organisme khalayak. Komunikasi akan berlangsung jika ada
perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan
komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan
mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Dalam hal ini, perubahan sikap terjadi ketika komunikan memiliki keinginan
untuk membeli atau memakai produk yang iklannya telah disaksikan di televisi.
2. Teori Festinger
(Dissonance Theory)
Finger (1957) ini telah
banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnya sama dengan
konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive
dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh
ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila
terjadi keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah tidak terjadi
ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).
Dissonance
(ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat 2 elemen
kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah
pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu
stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan
yang berbeda / bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah
dissonance.
Contoh :
Orang yang merokok merasa
resah, dia tahu bahaya merokok tapi merasa bukan laki-laki kalau tidak merokok
(dissonance). Akhirnya dia memutuskan kalau kejantanan seseorang bukan hanya
dari merokok, tapi dari banyak hal.Akhirnya dia memutuskan berhenti merokok
(consonance)
Sherwood dan Borrou
merumuskan dissonance itu sebagai berikut :
Pentingnya stimulus x jumlah
kognitif dissonance
Dissonance =
--------------------------------------------------------
Pentingnya stimulus x jumlah
kognitif consonance
Rumus ini menjelaskan
bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan menyebabkan perubahan
perilaku terjadi disebabkan karena adanya perbedaan jumlah elemen kognitif yang
seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama-sama pentingnya.
Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri individu tersebut.
Contoh
: Seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu pihak, dengan
bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya yang akhirnya dapat
memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anak-anaknya, termasuk kebutuhan makanan
yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas tidak dapat memenuhi kebutuhan
pokok keluarga. Di pihak yang lain, apabila ia bekerja, ia kuatir terhadap
perawatan terhadap anak-anaknya akan menimbulkan masalah. Kedua elemen
(argumentasi) ini sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya sebagai
ibu rumah tangga yang baik.
Titik berat dari
penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara kognitif. Dengan
penyesuaian diri ini maka akan terjadi keseimbangan kembali. Keberhasilan
tercapainya keseimbangan kembali ini menunjukkan adanya perubahan sikap dan
akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.
3. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku
individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang
dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut
dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960)
perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz
berasumsi bahwa :
a. Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan
memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak
(berperilaku) positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya
bila objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya maka ia akan berperilaku
negatif.
b. Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai
pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya. Artinya dengan perilakunya,
dengan tindakan-tindakannya, manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang
datang dari luar.
c.
Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan
memberikan arti. Dalam peranannya dengan tindakannya itu, seseorang senantiasa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut
seseorang telah melakukan keputusan-keputusan sehubungan dengan objek atau
stimulus yang dihadapi. Pengambilan keputusan yang mengakibatkan
tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang
singkat. Misalnya bila seorang merasa
sakit kepala, maka tanpa berfikir lama ia akan bertindak untuk mengatasi rasa
sakit tersebut dengan membeli obat diwarung dan kemudian meminumnya atau
tindakan-tindakan lainnya.
d.
Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif
dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal
dari konsep diri seseorang dan merupakan pencerminan dari hati sanubari. Oleh
sebab itu perilaku itu dapat merupakan “layar” dimana segala ungkapan diri
orang dapat dilihat. Misalnya orang yang
sedang marah, senang, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku atau
tindakannya.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai
fungsi untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri
dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan
manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.
4. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia
adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving
forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat
berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut
didalam diri seseorang.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku
pada diri seseorang itu, yakni :
a. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat. Hal ini terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang mendorong untuk terjadinya perubahan-perubahan perilaku.
Stimulus ini berupa penyuluhan-penyuluhan atau informasi-informasi sehubungan
dengan perilaku yang bersangkutan. Misalnya seseorang yang belum ikut KB (ada
keseimbangan antara pentingnya anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak
banyak rezeki) dapat berubah perilakunya (ikut KB) kalau kekuatan pendorong
yakni pentingnya ber-KB dinaikkan dengan penyuluhan-penyuluhan atau usaha-usaha
lain.
b. Kekuatan-kekuatan penahan menurun. Hal ini akan terjadi karena adanya
stimulus-stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Misalnya contoh
tersebubt diatas, dengan memberikan pengertian kepada orang tersebut bahwa anak
banyak rezeki, banyak adalah kepercayaan yang salah maka kekuatan penahan tersebut
melemah dan akan terjadi perubahan perilaku pada orang tersebut
c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan
semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku. Seperti contoh diatas,
penyuluhan KB yang berisikan memberikan pengertian terhadap orang tersebut
tentang pentingnya ber-KB dan tidak benarnya kepercayaan anak banyak, rezeki
banyak, akan meningkatkan kekuatan pendorong dan sekaligus menurunkan kekuatan
penahan.
Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu adalah :
1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek
(objek kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud
didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti
oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak
diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman
seseorang.
2. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya,
maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga
dan sebagainya.
4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber
didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang
pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat
manusia (Notoatmodjo, 2003).
.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Perilaku dari pandangan
biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum
dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari
perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia.
Prilaku dibentuk oleh 3
faktor antara lain :
a.
Faktor-faktor predisposisi (predisposing
factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai-nilai, dan sebagainya.
b.
Faktor-faktor pendukung (enebling factors),
yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas,
obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.
c.
Faktor-faktor pendorong (renforcing factors),
yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain,
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Cara-cara Perubahan Perilaku
Individu
1. Dengan Paksaaan. Ini bisa
dengan : Mengeluarkan instruksi atau peraturan, dan ancaman hukuman kalau tidak
mentaati instruksi atau peraturan tersebut.
2. Dengan memberi imbalan :
lmbalan bisa berupa materi seperti uang atau barang, tetapi blsa juga imbalan
yang tidak berupa materi, seperti pujian, dan sebagainya.
3. Dengan membina hubungan
baik : Kalau kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dalam
organisasi. biasanya orang tersebut akan mengikuti anjuran kita untuk berbuat
sesuatu.
4. Dengan menanamkan
kesadaran dan motivasi pada individu sehingga individu akan berubah dengan
kesadaran dirinya.
5. Dengan menunjukkan
contoh-contoh pada individu dalam organisasi untuk melakukan tindakan tertentu
yang diinginkan organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Soekidjo
Notoadmodjo.2005.Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta
2. Yayai
Suryo Prabandari.2009. Strategi Perubahan Prilaku
3. Effendy,
Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filisafat Komunikasi. Cet. Ke-3. Citra Aditya
Bakti: Bandung. 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar