KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF

KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF
BERBAGI ILMU

Sabtu, 20 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN KONTUSIO



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Trauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang spesifik seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada satu jaringan tunggal jarang terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa jaringan mengalami injury dalam suatu insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan dengan trauma kulit, saraf dan pembuluh darah.
Injury yang kurang alamiah sifatnya melibatkan lebam atau kontusio pada kulit ; kram (regangan) atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleo (koyak) atau sprain yang pada beberapa banyak atau semua tendon, ligament bahkan juga tulang dan sekeliling sendi. Karena keadaan di atas yaitu kram dan keseleo mempunyai tanda inisial yang mirip (dengan beberapa perbedaan).
Di antara kelainan yang timbul pada banyak organ tubuh manusia akibat penuaan adalah atrofi, yang berarti organ tersebut menjadi lebih kecil. Atrofi dapat terjadi pada otot, kerangka tulang, kulit, otak, hati, ginjal sertajantung. Atrofi disebabkan karena kurang aktif dari organ tersebut, tidak cukup nutrisi, dan kurang stimulasi hormonal (osteoporosis wanita menopause), dan kehilangan sel. Atrofi pada otot menimbulkan tungkai mengecil (menjadi lebih kurus), tenag berkurang/menurun. Atrofi pada hati menurunnya kemampuan untuk mengeliminasi obat-obatan dan minuman keras (alkohol). Atrofi pada saraf menyebabkan saraf kehilangan serabut myelin, sehingga kecepatan hantaran saraf berkurang serta refleks menjadi lebih lambat.

1.2 Tujuan Penulisan
a.       Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan  trauma muskuloskeletal : contusio, strain, sprain dan dislokasi.
b.      Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan tentang trauma muskuloskeletal : contusio, strain, sprain dan dislokasi.




BAB II
PEMBAHASAN
1.       Pengertian
Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang langsung mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau jatuh (Arif Muttaqin,2008: 69).
Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat kekerasan tumpul,mis : pukulan, tendangan atau jatuh (Brunner & Suddart,2001: 2355).
Kontusio adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63)
Kontusio adalah suatu injuri yang biasanya diakibatkan adanya benturan terhadap benturan benda keras atau pukulan. Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Kontusio yang disebabkan oleh cedera akan sembuh  dengan sendirinya tanpa pengobatan, meskipun demikian luka memar di bagian kepala mungkin dapat menutupi cedera yang lebih gawat dalam kepala. Kontusio dapat menjadi bagian dari cedera yang luas, misalnya karena kecelakaan bermotor (Agung Nugroho, 1995: 52).
2.       Etiologi
a.       Benturan benda keras.
b.      Pukulan.
c.       Tendangan/jatuh
3.       Manifestasi Klinis
-        Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis)         karena rupture pembuluh darah kecil, juga berhubungan dengan fraktur.
-        Nyeri, bengkak dan perubahan warna.
-        Hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang luas dan kehilangan darah yang banyak (Brunner & Suddart,2001: 2355).
-        Kompres dingin intermitten kulit berubah menjadi hijau/kuning, sekitar satu minggu kemudian, begkak yang merata, sakit, nyeri dan pergerakan terbatas.
-        Kontusio kecil mudah dikenali karena karakteristik warna biru atau ungunya beberapa hari setelah terjadinya cedera.
-        Kontusio ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.
-        Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hematoma.
-        Nyeri pada kontusio biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat (Hartono Satmoko, 1993:191).

4.       Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan kulit. Kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih rentan rusak dibanding orang lain. Saat pembuluh darah pecah maka darah akan keluar dari pembuluhnya ke jaringan, kemudian menggumpal, menjadi Kontusio atau biru. Kontusio memang dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor usia juga bisa membuat darah mudah menggumpal. Semakin tua, fungsi pembuluh darah ikut menurun (Hartono Satmoko, 1993: 192).
Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalamifagositosis dan didaurulang oleh makrofaga. Warna biru atau unguyang terdapat pada kontusio merupakan hasil reaksi konversi dari hemoglobin menjadi bilirubin. Lebih lanjut bilirubin akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna kecoklatan.
Tubuh harus mempertahankan agar darah tetap berbentuk cairan dan tetap mengalir dalam sirkulasi darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi pembuluh darah, jumlah dan kondisi sel darah trombosit, serta mekanisme pembekuan darah yang harus baik. Pada purpura simplex, penggumpalan darah atau pendarahan akan terjadi bila fungsi salah satu atau lebih dari ketiga hal tersebut terganggu (Hartono Satmoko, 1993: 192).
5.       Paralisisneralisis
-        Sindrom post traumatic (post contusion sindrom)
-        Epilepsy post trauma
-        Osteomyelik
-        Atelectasis
-        Hiperthermi
-        Syock

6.       Penatalaksanaan
a.       Mengurangi/menghilangkan rasa tidak nyaman :
-        Tinggikan daerah injury
-        Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap pemberian) untuk  vasokonstriksi, menurunkan edema, dan menurunkan rasa tidak nyaman
-        Berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam prtama (20-30 menit) 4 kali sehari untuk melancarkan sirkulasi dan absorpsi
-        Lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan bengkak
-        Kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila ada indikasi (Brunner & Suddart,2001: 2355).

b.      Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penatalaksanaan pada cedera kontusio adalah sebagai berikut:
-        Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
-        Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.
-        Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.

7.       Diagnosa Keperawatan
-        Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
-        Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyaka npada otot, ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
-        Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melaksanakan aktivitas ditandai dengan gerakan yang minim (imobilisasi)
-        Resiko tinggi trauma berulang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan terhadap kondisi, prognosis dan pengobatan
-        Cemas berhubungan dengan hospitalisasi dan kurangnya pengetahuan tentang penyakit serta penanganan yang akan didapatkan

8.       Intervensi Keperawatan
a.       Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dan terkontrol.
Kriteria Hasil :
-          Menunjukkan nyeri berkurang atu terkontrol.
-          Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan beraktifitas sesuai kemampuan.
-          Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
-          Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan kedalam program control nyeri.
         Intervensi Keperawatan
-        Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas( skala 0-10). Catat factor-faktor yang mempercepat dant anda-tanda rasa sakit non verbal.
-        R: Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.
-        Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, pembebat.
-        R: Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera.
-        Tinggikan bagian ekstremitas yang sakit.
-        R: Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menurunkan nyeri.
-        Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan cedera.
-        R: Membantu untuk menghilangkan ansietas, pasien dapat merasakan kebutuhan untuk menghilangkan pengalaman kecelakaan
-        Lakukan kompres dingin/es 24-48 jam pertama dan sesuai keperluan.
-        R:Menurunkan edema / pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri.
-        Berikan obat sesuai indikasi narkotik dan analgesik non narkotik.
-        R: Untuk menurunkan nyeri dan atau spasme otot.



b.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.

Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi kerusakan mobilitas fisik.
Kriteria Hasil :
-        Mempertahankan fungsi posisi.
-        Mempertahankan atau pun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh.
-        Mendemonstrasikan teknik yang memungkinkan melakukan aktifitas.
Intervensi Keperawatan
-        Kaji tingkat mobilitas yang masih dapat dilakukan klien.
-        R:Membantu dalam menentukan kebutuhan bantuan mobilitas yang akan diberikan dan keefektifan program.
-        Instruksikan klien / bantu dalam rentang gerak klien / aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit.
-        R:Meningkatlan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi.
-        Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi atau kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak atau pancuran dan toilet, peggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda
-        R:Menghindari terjadinya cedera berulang.







BAB III
PENUTUP
Simpulan
Trauma muskuloskletal biasanya menyebabkan disfungsi struktur disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya.
Kontusio merupakan suatu istilah yang digunakan untuk cedera pada jaringan lunak yang diakibatkan oleh kekerasan atau trauma tumpul yang langsung mengenai jaringan, seperti pukulan, tendangan, atau jatuh.



















DAFTAR PUSTAKA
1.      Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
2.      Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI
3.      Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar