KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF

KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF
BERBAGI ILMU

Jumat, 19 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PROLAPS TALI PUSAT

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar belakang
Tali pusat terbentuk sejak awal kehamilan. Setelah embrio terbentuk, yaitu pada minggu ke 5, tali pusat sudah bisa terlihat melalui pemeriksaan USG, yang tampak sebagai benang tipis diantara embrio dan plasenta. Itu lah yang akan menjadi cikal bakal tali pusat. Seiring janin berkembang, tali pusat bertambah panjang dan diameternya juga bertambah lebar karena ia memulai tugasnya menjadi selang dan makanan buat janin.
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan, pada umumnya tidak menimbulkan masalah, namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi sesak atau hipoksia.
Tali pusat bermuara di plasenta dan berujung pada pusat janin. Manfaat paling penting dari tali pusat adalah sebagai jembatan penghubung antara ibu dan janin. Karena dari plasenta dirahim ibu, tersedia semua nutrisi, darah dan oksigen yang siap disalurkan lewat tali pusat kejanin. Termasuk faktor kekebalan atau imunologi dari ibu. Infeksi bakteri tertentu, juga parasit dan virus dapat pula ikut masuk ke janin melalui tali pusat. Karena fungsinya sebagai selang penghantar makanan dan oksigen ke janin sehingga tali pusat menjadi vital bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Kelainan tali pusat misalnya terjadi hambatan, dapat mengganggu aliran makanan dan oksigen kejanin bisa mengakibatkan janin gagal berkembang bahkan berakhir dengan kematian.
2.      Tujuan

a.       Tujuan umum
Setelah selesainya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada ibu hamil yang janinnya mengalami prolapse korda umbilical.
b.      Tujuan khusus
o   Dapat memahami konsep dasar medis terkait mengenai prolapse korda umbilical/Prolaps tali pusat
o   Dapat memahami konsep dasar keperawatan mengenai rolapsed korda umbilical/prolaps tali pusat.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.      Pengertian
Prolaps tali pusat adalah Tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin dalam jalan lahir sebelum ketuban pecah. (Mansjoer Arif, 2000,hal.308)
Prolaps Tali Pusat adalah Keadaan darurat yang mana keadaan tali pusat dipindahkan diantara bagian yang disiapkan untuk janin dan tulang pelvis ibu. ( Maternal Invant Health, hal 68)
          Pembagian prolaps tali pusat
a.       Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli)
Adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada disamping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan diluar vagina setelah ketuban pecah.
b.      Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka)
Adalah jika tali pusat berada disamping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedangkan ketubah masih intek atau belum pecah.
c.       Occult prolapse
adalah keadaan dimana tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi tidak  dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina. (Winkjosastro,2005 Kedaruratan obsterti & Ginekologi, hal 372)

2.      Etiologi
a.       Etiologi fetal
1.      Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada presentasi:
o   Letak lintang
o   Letak sungsang presentasi bokong, terutama bokong kaki.
2.      Prematuritas
Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang salah satunya disebabkan karena bayi yang kecil. 
3.      Gemeli
Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi,frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar.
4.      Polihidramnion
Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke bawah.
b.      Etiologi Maternal
1.      Disproporsi kepala panggul
Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung.
2.      Bagian terendah yang tinggi
Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul normal.
c.       Etiologi dari tali pusat dan plasenta
1.      Tali pusat yang panjang
Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung.
2.      Plasenta letak rendah
Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi penurunan bagian terendah. Disamping itu insersi tali pusat lebih dekat serviks.

3.      Manifestasi Klinik
o   Tali pusat kelihatan menonjol keluar dari vagina
o   Tali pusat dapat dirasakan atau diraba dengan tangan di dalam bagian yang lebih sempit dari vagina
o   Keadaan jalan lahir yang berbahaya mungkin terjadi sebagai mana tali pusat ditekan antara bagian presentase dan tulang panggul.
o   Bradikardia janin (DJJ<100x/menit)
o   Hipoksia janin


 
5.      Diagnosis
Ibu tidak dapat merasakan adanya prolaps tali pusat pada dirinya. Masalh tampak ketika memonitor denyut jantung bayi yang menunjukkan penurunan denyut jantung (brakikardi), dan penemuan saat melakukan vaginal toucher. Alat bantu yang dapt digunakan antara lain: Doppler, kardiotograf, ultrasonografi. Gawat janin yang tampak dengan alat tersebut menunjukkan deselerasi variabel sebagai konsekuensi dari kompresi tali pusat. Diagnostik tali pusat menumbung lebih mudah ditegakkan ketika terlihat atau terabanya jerat tali pusat di dalam vagina yang terkadang sudah menjulur sampai diluar vulva. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menegakkan diagnosa kemungkinan adanya tali pusat tersembunyi, letak terkemuka atau tali pusat menumbung. Janin yang masih hidup teraba tali pusat berdenyut sebaliknya pada janin yang sudah mati tali pusat tak berdenyut lagi (Winkjosastro, 2007).

6.      Komplikasi
1.      Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua  serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama(Chuningham dkk, 2005).
2.      Pada janin
a.       Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
-        Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.
-        Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 x / hari).
-        Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan(jika bayi lahir dengan letak kepala).
b.      Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan ketrampilan motorik (kemmpuan untuk bergerak dalam cara yang terkoordinasidan terarah)akibat dari rusaknya otak karena trauma lahir atau patologi intrauterin (Chuningham dkk, 2005).

7.      Penatalaksanaan
1.      Tali pusat berdenyut
o   Jika tali pusat berdenyut, berarti janin masih hidup.
o   Beri oksigen 4-6 liter/ menit melalui masker atau nasal kanul
o   Memposisikan ibu untuk menungging atau posisi tredelenbrug untuk mengurangi tekanan pada tali pusat.
o   Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
o   Jika ibu pada persalinan kala I :
-        Dengan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi (DTT) masukan tangan kedalam vagina dan bagian terendah janin segera didorong ke atas, sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi.
-        Tangan yanglain menahan bagian terendah di supra bubis dan evaluasi keberhasilan reposisi.
-        Jika bagian terbawah janin sudah terpegang dengan kuat diatas rongga panggul, keluarkan tangan dari vagina, letakan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukan sesio cesarea.
-        Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV untuk mengurangi kontraksi rahim.
o   Segera lakukan seksio cesarea.

  
o   Jika ibu pada persalinan kala II :
-        Pada persentasi kepala, lakukan persalinan segera dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam/forseps.
-        Jika persentase bokong/sungsang lakukan ekstraksi bokong atau kaki, dan gunakan forseps pipa panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul.
-        Jika letak lintang, siapkan segera seksio caesarea.
-        Siapkan segera resusitasi neonatus.

2.      Tali pusat tidak berdenyut
Jika tali pusat tidak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak merupakan tindakan darurat lagi, lahirkan bayi secara normal tanpa mencederai ibu. Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang terjadi dan tindakan apa yang terjadi serta tindakan apa yang akan dilakukan.Diharapkan persalinan dapat berlangsung spontan pervia

8.      Asuhan Keperawatan pada Persalinan dengan Prolaps Tali Pusat
1.      Pengkajian
a.       Identitas klien
b.      Riwayat kehamilan (GPA)
c.       Pemeriksaan umum : kesadaran, tanda vital, keadaan umum.
d.      Pemeriksaan khusus :
1)      Abdomen :
o   Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi atau tidak.
o   Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
o   Auskultasi : DJJ normal tidak.
o   Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
o   Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak.
o   Pemeriksaan vaginal toucher
o   Teraba tali pusat pada daerah ostium uterus.
e.       Aktivitas atau istirahat
Melaporkan keletihan kurang energi letargi dan penurunan penampilan.
f.       Sirkulasi
Tekanan darah ibu meningkat, dapat terjadi hipoksia pada janin karena kurangnya sirkulasi dari ibu ketali pusat.
g.      Eliminasi
      Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada
h.      Integritas ego
      Kontraksi melemah, dengan intensitas lemah sampai sedang
i.        Keamanan
-        Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat
-        Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang sempit, letak lintang, letak  sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin yang terlalu kecil

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah ke plasenta atau melalui tali pusat (prolaps).
b.      Cemas berhubungan dengan situasi, ancaman yang dirasakan oleh ibu atau janin.
c.       Resiko cedera terhadap janin berhubungan dengan  hipoksia janin dan   abnormalitas pelvis ibu.
d.      Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
e.       Koping individu tidak efektif berhubungan dengan komplikasi persalinan
    
1.      Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah ke  plasentaatau melalui tali pusat (prolaps).
            Tujuan :Pertukaran gas pada janin efektif.
Kriteria Hasil: DJJ pada batas normal, memanifestasikan variabilitas pada strip pemantau, bebas dari deselerasi lambat.
Intervensi :
o   Perhatikan maturasi janin berdasarkan riwayat ibu dan pengukuran uterus.
R : Usia gestasi janin, harus 36 minggu atau lebih untuk dilakukan induksi persalinan.
o   Lakukan manuver Leupold dan pemeriksaan vaginal steril, perhatikan presentasi dan posisi janin.
R: Menentukan kelainan pada letak janin apakah persentasi verteks, persentasi bokong dan lain –lain.
o   Posisikan ibu telentang dengan bagian kepala ibu lebih rendah dari panggul ibu yang dipotong dengan bantal.
R : Membantu mendapatkan strip pemantauan janin eksternal adekuat untuk mengevaluasi pola kontraksi dan irama jantung janin.
o   Perhatikan pada ibu adanya faktor-faktor yang secara negatif mempengaruhhi sirkulasi plasenta dan oksigenasi janin.
R: Penurunan volume sirkulasi atau vasospasme dalam plasenta menurunkan ketersediaan oksigen untuk janin.
o   Gunakan EFM (electric fetal monitoring) 15- 20 menit sebelum prosedur induksi.
R : Menentukan kesejahteraan janin dan memberikan pengkajian dasar DJJ dan aktivitas uterus.
o   Lanjutkan pemantauan DJJ, perhatikan perubahan denyut deselerasi selama dan setelah kontraksi.
R : Distres janin dapat terjadi karena hipoksia,mungkin dimanifestasikan dengan    penurunan viabilitas,daselerasi lambat,dan takikardi yang diikuti dengan brakikadi.
o   Perhatikan warna dan jumblah cairan aminon bila ketuban pecah.
R :  Distres janin pada presentasi verteks dimanifesasikan dengan kandungan mekonim yang mrupakan akibat dari respons vegal pada hipoksia.
o   Keji reaksi DJJ terhadap kontraksi,perhatikan beradikardi atau deselerasi lambat.  
R:   Pengkajian yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya hipoksia.Rentang normal DJJ adalah 120 – 160 kali permenit. 



2.      Ketakutan/ kecemasan b/d situasi atau ancaman yangdirasakan oleh ibu
Tujuan          : Kecemasan klien berkurang/hilang
Kriteria Hasil : Klien tampak lebih tenang, dan kooperatif terhadap tindakan penanganan medik
Intervensi :
o   Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien dan pasangan.
R:  Memberikan informasi tentang reaksi individu terhadap apa yang terjadi.
o   Pantau respon verbal dan non verbal klien/ pasangan.
R : Menandakan rasa cemas yang sedang dialami klien/ pasangan/ keluarga.
o   Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam perawatan sebanyak mungkin.
R:  Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol situasi, sehingga dapat menurunkan rasa cemas.
o   Dengarkan masalah klien secara aktif.
R :  Memberikesempatan pada klien untuk menemukan solusi sendiri.
o   Jelaskan setiap prosedur arti dari setiap gejala.
R :  Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa cemas dan meningkatkan rasa kontrol terhadap situasi.
o   Berikan informasi dalam bentuk verbal dan tertulis dan beri kesempatan klienuntuk mengajukan pertanyaan, serta jawab pertanyaan dengan jujur.
R: Pengetahuan akan membantu klien mengatasi apa yang sedang terjadi dengan lebih efektif. Informasi tertulis memungkinkan klien untuk meninjau ulang informasi karena akibat tingkat stres, klien tidak dapat mengasimilasi informasi. Jawaban yang jujur dapat meningkatkan pemahaman dengan lebih baik serta menurunkan rasa cemas.
 
3.      Risiko cedera janin yang berhubungan dengan hipoksida janin dan abnormalitas pelvis ibu
Tujuan :Cedera pada janin tidak terjadi .
Kriteria hasil: Menunjukan denyut nadi dalam batas normal dengan variabilitas yang baik,ibu berpartisipasi dalam intervensi untuk memperbaiki pola persalinan dan \atau menurunkan faktor resiko yang teridentifikasi.
Intervensi :
o   Kaji DJJ secara manual atau elektronik ,prhatikan variabilitas perubahan periodik dan    frekuensi dasar . 
R: Untuk mendeteksi respons abnormal seperti variabilitas yang dilebihkan bradikardi dan takikardi yang mungkin di sebabkan oleh stres ,hipoksida,asidosis,atau sepsis
o   Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia.
R: Tekanan istirahat lebih besar dari 30 mmHg atau tekanan kontraksi >50 mmHg menurunkan atau menggangu oksigenasi
o   Identifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi,asidosis,dan ansietas.
R:  Kadang kadang prosedur sederhana meningkatkan sirkulasi darah juga oksigen ke uterus dan plasenta serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksida janin .
o   Observasi terhadap prolaps tali pusat sama atau dapat dilihat bila pecah ketuban khususnya pada janin presentasi bokong .
R: Prolaps tali pusat lebih mungkin terjadi pada presentasi bokong karena bagian presentasi tidak menonjol keluar juga tidak secara total memblok tulang seperti pada presentasi verteks.
o   Perhatikan bau dan perubahan warna cairan aminion pada pecah ketubn lama.Dapatkan kultur bila temuan obnormal.
R : Infeksi asendens dan spesis disertai dengan takikardi dapat tarjadi pada pada pecah ketuban lama.
 Kolaborasi 
o   Berikan anti biotik pada ibu sesuai indikasi.
R: Mencegah atau mengatasi infeksi asendens dan akan melindungi janin juga.
o   Siapkan untuk kelahiran secara cesarea bila presentasi bokong terjadi,janin gagal         urun kemajuan persalinan berhenti.
R: Melahirkan pervaginam dari bokong dihubungkan dengan cedera pada vertebra janin ,sutua otak,klavikuladan meningkan mortalitas dan morbiditas janin. Risiko hipoksia karena stimulasi vegina lama dapat dicegah dan intervensi bedah segera dilakukan.  
   
4.      Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervesi : 
o   Lakukan pemeriksaan vagina awal
R:  Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam  infeksi saluran asendens.
o   Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dan tepat.
R : Menurunkan resiko yang memerlukan/ menyebarkan agen.
o   Gunakan tekhnik aseptik selama pemeriksaan vagina.
R:  Membantu mencegah pertumbuhan bakteri, membatasi kontaminasi dari pencapaian ke vagina.
o   Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik.
R:  Pada infeksi, cairan amniotik menjadi lebih kental dan kuning pekat dan bau dapat dideteksi.
o   Pantau suhu, nadi, pernapasan dan sel darah putih sesuai indikasi.
R :  Dalam 1 jam setelah membran ruptur, insiden koriamnionitis meningkat secara progresif sesuai waktu ditunjukan dengan peningkatan tanda- tanda vital dan leukosit.
.

























BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan

Prolapsustali pusat adalah kejadian yang  jarang dijumpai dalam persalinan, untuk mengetahui ada tidaknya prolaps tali pusat maka dalam setiap pemeriksaan persalinan harus cemat dan teliti,seperti pada persalinan preterm atau jika terdapat  malpresentasi dan malposisi janin karena apabila prolaps tali pusat diketahui setelah selaput ketuban pecah dapat berbahaya bagi bayi kerena dapat terjadi hipoksia yang berat

B.     Saran
o   Sebagai tenaga kesehatan harus melakukan pemeriksaan secara benar dan teliti
o   Diharapkan tenaga kesehatan (mahasiswa keperawatan ,perawat atau bidan) mampu mengetahui tanda dan gejala prolaps tali pusat serta cara penangannya
o   Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan yang optimal dan dapat memberikan tindakan atau keputusan yang tepat.











DAFTAR PUSTAKA


1.      Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas, Jakarta: Salemba Medika.
2.      Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
3.      Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBBSP
4.      Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:YBBSP
5.      Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBBSP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar