KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF

KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF
BERBAGI ILMU

Kamis, 18 Desember 2014

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR SERVIKAL


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Pendahuluan 

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang mencakup pelayanan bio-psiko-sosio dan spiritual yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga serta masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat, keperawatan pada dasarnya adalah human science and human care and caring menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya dan kita ketahui manusia terdiri dari berbagai sistem yang saling menunjang, di antara sistem tersebut adalah sistem neurobehavior (Potter & Perry, 2006).
Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulang servikalis terdiri dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila cidera pada bagain servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di mana trauma servikal merupakan keadaan cidera pada tulang bekalang servikal dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau frakutur vertebra servikalisdan di tandai kompresi pada medulla spinal daerah servikal (Muttaqin, 2011).
Trauma medula spinalis terjadi pada 30.000 pasien setiap tahun di Amerika serikat. Insidensi pada negera berkembang berkisar antara 11,5 hingga 53,4 kasus dalam 1.000.000 populasi. Umumnya terjadi pada remaja dan dewasa muda.2 Penyebab tersering adalah kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh (25%) dan cedera yang berhubungan dengan olahraga (10%). Sisanya akibat kekerasan dan kecelakaan kerja. Hampir 40%-50% trauma medulla spinalis mengakibatkan defisit neurologis, sering menimbulkan gejala yang berat, dan terkadang menimbulkan kematian. Walaupun insidens pertahun relatif rendah, tapi biaya perawatan dan rehabilitasi untuk cedera medulla spinalis sangat besar, yaitu sekitar US$ 1.000.000 / pasien. Angka mortalitas  diperkirakan 48% dalam 24 jam pertama, dan lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian (Emma, 2011).
Di Indonesia kecelakaan merupakan penyebab kematian ke empat, setelah penyakit jantung, kanker, dan stroke, tercatat ±50 meningkat per 100.000 populasi tiap tahun, 3% penyebab kematian ini karena trauma langsung medulla spinalis, 2% karena multiple trauma. Insiden trauma pada laki-laki 5 kali lebih besar dari perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan 40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak, sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau fraktur dislokasi cervical paling sering pada C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada usia dekade 3 (Emma, 2011).
Dampak trauma servikal mengakibatkan syok neurogenik, syok spinal, hipoventilasi, hiperfleksia autonomic, gangguan pada pernafasan, gangguan fungsi saraf pada jari-jari tangan, otot bisep, otot trisep, dan otot- otot leher. Akibat atau dampak lebih lanjut dari trauma servikal yaitu kematian.
Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan guna mencengah komplikasi pada klien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang trauma servikal.
Dari uraian diatas kelompok tertarik untuk membahas masalah asuhan keperawatan kegawatdaruratan dengan masalah trauma servikal.
2.      Tujuan
1)      Tujuan umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan kasus  trauma servikal.
2)      Tujuan Khusus
-        Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan fraktur servical
-        Mahasiswa mampu mengelompokkan data sesuai dengan tanda dan gejala pada trauma servikal.
-        Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan dalam asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada trauma serikal.
-        Mahasiswa mampu membuat perencanaan dalam asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada trauma serikal.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.      Pengertian
Trauma servikal adalah suatu keadaan cedera pada tulang belakang servikal dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, subluksasi, atau fraktur vertebra servikalis dan ditandai dengan kompresi pada medula spinalis daerh servikal. Dislokasi servikal adalah lepasnya salah satu struktur dari tulang servikal. Subluksasi servikal merupakan kondisi sebagian dari tulang servikal lepas. Fraktur servikal adalah terputusnya hubungan dari badan tulang vertebra servikalis (Muttaqin, 2011).
2.      Etiologi
Cedera medulla spinalis servikal disebabkan oleh trauma langsung yang mengenai tulang belakang di mana tulang tersebut melampaui kemampauan tulang belakang dalam melindungi saraf-saraf belakangnya. Menurut Emma, (2011) Trauma langsung tersebut dapat berupa :
-        Kecelakaan lalulintas
-        Kecelakaan olahraga
-        Kecelakaan industry
-        Jatuh dari pohon/bangunan
-        Luka tusuk
-        Luka tembak
-        Kejatuhan benda keras

3. Patofisiologi



1.      Manifestasi Klinis
Menurut Hudak & Gallo, (1996) menifestasi klinis trauma servikal adalah sebagai berikut:
 1)      Lesi C1-C4 
           Pada lesi C1-C4. Otot trapezius, sternomastoid dan otot plastisma masih berfungsi. Otot diafragma dan otot interkostal mengalami partalisis dan tidak ada gerakan (baik secara fisik maupun fungsional0 di bawah transeksi spinal tersebut. Kehilangan sensori pada tingkat C1 malalui C3 meliputi daerah oksipital, telinga dan beberapa daerah wajah. Kehilangan sensori diilustrasikan oleh diagfragma dermatom tubuh.
Pasien dengan quadriplegia pada C1, C2, atau C3 membutuhkan perhatian penuh karena ketergantungan pada semua aktivitas kebutuhan sehari-hari seperti makan, mandi, dan berpakaian. quadriplegia pada C4 biasanya juga memerlukan ventilator mekanis tetapi mengkn dapat dilepaskan dari ventilator secara. intermiten. pasien biasnya tergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari meskipun dia mungkin dapat makan sendiri dengan alat khsus.
2)      Lesi C5
          Bila segmen C5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi diafragma rusak sekunder terhadap edema pascatrauma akut. paralisis intestinal dan dilatasi lambung dapat disertai dengan depresi pernapasan. Ekstremitas atas mengalami rotasi ke arah luar sebagai akibat kerusakan pada otot supraspinosus. Bahu dapat di angkat karena tidak ada kerja penghambat levator skapula dan otot trapezius. setelah fase akut, refleks di bawah lesi menjadi berlebihan. Sensasi  ada pada daerah leher dan triagular anterior dari daerah lengan atas.
3)      Lesi C6
                pada lesi segen C6 disters pernafasan dapat terjadi karena paralisis intestinal dan edema asenden dari medulla spinalis. Bahu biasanya naik, dengan lengan abduksi dan lengan bawah fleksi. Ini karena aktivitasd tak terhambat dari deltoid, bisep dan otot brakhioradialis.
4)      Lesi C7
Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan aksesori untuk mengkompensasi otot abdomen dan interkostal. Ekstremitas atas mengambil posis yang sama seperti pada lesi C6. Fleksi jari tangan biasnya berlebihan ketika kerja refleks kembali.

2.      Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Doenges, (2000) ada pun pemeriksaan penunjang trauma servikal yaitu:
1)      Sinar X spinal
Menentukan loksi dan jenis cedera tulang (fraktur, disloksi) untuk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau operasi.
2)      CT scan
Menentukan tempat luka/jejas, mengevaluasi gangguan struktural.
3)      MRI
Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan kompresi.
4)      Mielografi
Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika faktor patologisnya tidak jelas atau di curigai adanya oklusi pada ruang subarakhnoid medulla spinalis.
5)      Foto rontgen torak
Memperlihatkan keadaan paru (contohnya: perubahan pada diagfragma, anterlektasis).
6)      GDA
Menunjukkan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.

3.      Komplikasi
Menurut Emma, (2011) komplikasi pada trauma servikal adalah :
a.       Syok neurogenik
Syok neurogenik merupakan hasil dari kerusakan jalur simpatik yang desending pada medulla spinalis. Kondisi ini mengakibatkan kehilangan tonus vasomotor dan kehilangan persarafan simpatis pada jantung sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah visceral serta ekstremitas bawah maka terjadi penumpukan darah dan konsekuensinya terjadi hipotensi.
b.      Syok spinal
Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya refleks, terlihat setelah terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan tampak seperti lesi komplit walaupun tidak seluruh bagian rusak.
c.       Hipoventilasi
Hal ini disebabkan karena paralisis otot interkostal yang merupakan hasil dari cedera yang mengenai medulla spinalis bagian di daerah servikal bawah atau torakal atas.
d.      Hiperfleksia autonomic
Dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut, keringat banyak, kongesti nasal, bradikardi dan hipertensi.

4.      Penatalaksanaan
Menurut  ENA, (2000) penatalaksanaan pada pasien truama servikal yaitu :
1)      Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation)
2)      Mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : headtil, chin lip, jaw thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi), mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.
3)      Stabilisasi tulang servikal dengan manual support, gunakan servikal collar, imobilisasi lateral kepala, meletakkan papan di bawah tulang belakang.
4)      Stabililisasi tulang servikal sampai ada hasil pemeriksaan rontgen (C1 - C7) dengan menggunakan collar (mencegah hiperekstensi, fleksi dan rotasi), member lipatan selimut di bawah pelvis kemudian mengikatnya.
5)      Menyediakan oksigen tambahan.
6)      Memonitor tanda-tanda vital meliputi RR, AGD (PaCO2), dan pulse oksimetri.
7)      Menyediakan ventilasi mekanik jika diperlukan.
8)      Memonitor tingkat kesadaran dan output urin untuk menentukan pengaruh dari hipotensi dan bradikardi.
9)      Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
10)  Berikan antiemboli
11)  Tinggikan ekstremitas bawah
12)  Gunakan baju antisyok.
13)  Meningkatkan tekanan darah
14)  Monitor volume infus.
15)  Berikan terapi farmakologi ( vasokontriksi)
16)  Berikan atropine sebagai indikasi untuk meningkatkan denyut nadi jika terjadi gejala bradikardi.
17)  Mengetur suhu ruangan untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.
18)  Memepersiapkan pasien untuk reposisi spina.
19)  Memberikan obat-obatan untuk menjaga, melindungi dan memulihkan spinal cord : steroid dengan dosis tinggi diberikan dalam periode lebih dari 24 jam, dimulai dari 8 jam setelah kejadian.
a.       Memantau status neurologi pasien untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien.
b.      Memasang NGT untuk mencegah distensi lambung dan kemungkinan aspirasi jika ada indikasi.
c.       Memasang kateter urin untuk pengosongan kandung kemih.
d.      Mengubah posisi pasien untuk menghindari terjadinya dekubitus.
e.       Memepersiapkan pasien ke pusat SCI (jika diperlukan).
f.       Mengupayakan pemenuhan kebutuhan pasien yang teridentifikasi secara konsisten untuk menumbuhkan kepercayaan pasien pada tenaga kesehatan.
g.      Melibatkan orang terdekat untuk mendukung proses penyembuhan.

5.      Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1)   Pola napas tidak efektif b.d kelumpuhan otot pernapasan (diafragma), kompresi medulla spinalis.
2)   Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d adanya cedera pada cervikalis
3)   Gangguan pola eliminasi uri : inkontinensia uri b.d kerusakan saraf perkemihan
4)   Gangguan eliminasi alvi : Konstipasi b.d penurunan peristaltik usus akibat kerusakan persarafan usus & rectum.
5)   Kerusakan mobiltas fisik b.d kelumpuhan pada anggota gerak


BAB III
CASE STUDY

Tn.M berumur 28 tahun jatuh dari motor dengan kepala tersungkur di aspal. Sesaat setelah kejadian langsung banyak orang yang datang menolong dan kebetulan ada tenaga kesehatan yang melihat dan menolongnya, karena tenaga kesehatan tersebut curiga Tn.M menderita cidera fraktur servical maka dibantu warga nakes tersebut melakukan imobilisasi leher dan mengangkatnya untuk kemudian dibawa ke RS.SAHABAT yang kebetulan tidak jauh dari lokasi kejadian. Setelah sampai di RS.SAHABAT, Tn.M langsung dipasangkan Neck Colar dan dipasangkan oksigen dengan rebrething mask. Saat diperiksa RR 11 X/menit, TD 100/60 mmHg, N 60 x/menit, klien tersebut tidak sadarkan diri, GCS 7.dari suara napas klien terdengar ronkhi dengan penumpkan secret dijalan napas.

Dari kasus diatas, tentukanlah :
a.       Diagnosa Keperawatan sesuai data fokus
b.      Rencana Tindakan keperawatan

1)      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelumpuhan otot pernapasan
DS : -
DO            :
-        RR 11 x/m
-        Suara napas ronkhi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam napas klien kembali efektif Kriteria Hasil : frekuensi napas normal 12-20 x/m, tidak terdengar ronkhi.
Intervensi Keperawatan
1.      Pertahankan jalan nafas; posisi kepala tanpa gerak.
Rasional : pasien dengan cedera cervicalis akan membutuhkan bantuan untuk mencegah aspirasi/ mempertahankan jalan nafas.
2.      Lakukan penghisapan lendir, catat jumlah, jenis dan karakteristik sekret.
Rasional : jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan sekret, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
3.      Kaji fungsi pernapasan.
Rasional : trauma pada C5-6 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara partial, karena otot pernapasan mengalami kelumpuhan.
4.      Observasi warna kulit.
Rasional : menggambarkan adanya kegagalan pernapasan yang memerlukan tindakan segera
5.      Kaji distensi perut dan spasme otot.
Rasional : kelainan penuh pada perut disebabkan karena kelumpuhan diafragma
6.      Jika klien sudah sadar anjurkan klien untuk minum minimal 2000 cc/hari.
Rasional : membantu mengencerkan sekret, meningkatkan mobilisasi sekret sebagai ekspektoran.
7.      Pantau analisa gas darah.
Rasional : untuk mengetahui adanya kelainan fungsi pertukaran gas sebagai contoh : hiperventilasi PaO2 rendah dan PaCO2 meningkat.
8.      Berikan oksigen dengan cara yang tepat.
Rasional : metode dipilih sesuai dengan keadaan isufisiensi pernapasan.
          
2)      Gangguan mobilitas fisik b.d kelumpuhan/fraktur servikal
DS       : -
DO:
-        Klien mengalami fraktur servikal
-        Klien terpasang neck kolar
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, mobilisasi bisa  diminimalisasi sampai cedera teratasi.
Kriteria Hasil : tidak ada kontrakstur, kekuatan otot meningkat, pasien mampu beraktifitas kembali secara bertahap.
Intervensi Keperawatan
1.      Kaji secara teratur fungsi motorik.
Rasional : mengevaluasi keadaan secara umum
2.      Instruksikan klien/keluarga untuk memanggil bila minta pertolongan.
Rasional memberikan rasa aman
3.      Lakukan log rolling.
Rasional : membantu ROM secara pasif
4.      Ukur tekanan darah sebelum dan sesudah log rolling.
Rasional : mengetahui adanya hipotensi ortostatik
5.      Inspeksi kulit setiap hari.
Rasional : gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
6.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian relaksan otot seperti diazepam.
Rasional : berguna untuk membatasi dan mengurangi nyeri yang berhubungan dengan spastisitas.

3)      Diagnosa Keperawatan yang bisa muncu setelah pasien sadar
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya cidera tulang servikal
DS : Klen mengeluh nyeri
DO : Skala nyeri berkisar antara 6-9 (nyeri sedang-berat)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam rasa nyaman klien terpenuhi

Kriteria Hasil : Klien mengatakan nyerinya berkurang

Intervensi Keperawatan
1.      Kaji skala nyeri klien
Rasional : untuk mengetahuui derajad nyeri klien
2.      Berikan tindakan kenyamanan kepada klien.
Rasional : memberikan rasa nyaman dengan cara membantu mengontrol nyeri.
3.      Ajarkan klien tehnik relaksasi dan anjurkan untuk menggunakan tehnik tersebut
Rasional : membantu mengontrol dan mengurangi rasa nyeri klien
4.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic
Rasional : untuk menghilangkan nyeri otot atau untuk menghilangkan kecemasan dan meningkatkan istirahat

DAFTAR PUSTAKA

1.      Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC
2.      Ariani, Tutu April. 2012. Sistem Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Medika
3.      Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika
4.      Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.
5.      Hudak and Gallo, (1994), Critical Care Nursing, A Holistic Approach, JB Lippincott company, Philadelpia.
6.      Saanin, Syaiful. 2009. Cedera Sistema Saraf Pusat Traumatika Dan Nontraumatika. PDF Jurnal. Diakses tanggal 27 Februari 2012.
 


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar