KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF

KITA HARUS JADI GENERASI BANGSA YANG KREATIF
BERBAGI ILMU

Kamis, 18 Desember 2014

ASKEP OSTEOARTRITIS

OSTEOARTRITIS
1.      PENGERTIAN
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Osteoarthritis adalah suatu gangguan persendian yang disebabkan karena berkurangnya tulang rawan sendi dan terjadi hipertrofi tulang hingga terbentuk osteofit atau tonjolan tulang pada permukaan sendi (Yatim, 2008).
Osteoarthritis berkembang dengan perlahan, namun merupakan penyakit aktif dari degenerasi tulang rawan sendi dan berhubungan dengan gejala nyeri pada persendian, kekakuan, dan keterbatasan gerak. Osteoarthritis dapat terjadi pada berbagai sendi, namun lebih sering terjadi pada pangkal paha, lutut, sendi pada tangan, kaki, dan tulang belakang (Pearson, 2008).
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :
a.       Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoarthritis
b.      Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur
(Long, C Barbara, 1996 hal 336)

2.      ETIOLOGI
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
1)      Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.


2)      Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3)      Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
4)      Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
5)      Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
6)      Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
7)      Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.
8)      Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.
9)      Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
10)  Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
11)  Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
12)  Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan   dan   pengeluaran   enzim   perusak   matriks   rawan   sendi     oleh membran sinovial dan sel-sel radang.









3.      PATOFISIOLOGI
Description: D:\SMESTER 6\DINES RS\pathway-osteoartritis-osteoarthritis n.jpg



4.      MANIFESTASI KLINIS

1)      Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2)      Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.
3)      Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4)      Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas.
Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5)      Pembengkakan Sendi
Pembengkakan   sendi  merupakan   reaksi  peradangan   karena  pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6)      Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7)      Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

5.      KOMPLIKASI
o   Gangguan/kesulitan gerak
o   Kelumpuhan yang menurunkan kualitas hidup penderita.
o   Resiko jatuh
o   Patah tulang




6.      PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)      Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada tulang seperti pecahnya tulang rawan.
2)      Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
3)      Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
4)      Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
5)      Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi
6)      Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal

7.      PENATALAKSANAAN
1)      Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
a.       Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal
b.      Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
c.       Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu mengurangi nyeri/ngilu.
d.      Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis pada lutut.


2)      Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
3)      Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
4)      Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
5)      Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
6)      Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.
7)      Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.


a.       Penggantian engsel (artroplasti).
Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
b.      Pembersihan sambungan (debridemen).
Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat tulang bergerak.
c.       Penataan tulang.
Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.
8)      Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.

8.      PROGNOSIS
Umumnya baik, sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi.
9.      DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
a)      Nyeri b/d penurunan fungsi tulang, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
b)      Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan : Deformitas skeletal, Nyeri, ketidaknyamanan , Penurunan kekuatan otot
c)      Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
d)     Perubahan pola tidur b/d nyeri
e)      Defisit perawatan diri b/d nyeri dan kelemahan, Kerusakan Auskuloskeletal : Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.
f)       Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum, Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.





10.  RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO
DIAGNOSA KEP.
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL

1
Nyeri b/d penurunan fungsi tulang, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam nyeri klien berkurang/ hilang

KH :
×          Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
×          Klien terlihat rileks dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
×          Mengikuti program terapi
×          Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
1.      Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10), catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri.
2.      berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
3.      biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
4.      Anjurkan untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
5.      anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi.
6.      berikan masase yang lembut
7.      Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi obat.ex: asetil salisilat.
1.      Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan programterapi
2.      Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
3.      Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
4.      Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi.
5.      Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.
6.      Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot
7.      Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terap

NO
DIAGNOSA KEP.
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL

2
Gangguan mobilitas fisik  b/d deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot.
Setelah dilakukan  tindakan keperawatan selama.. x24 jam gangguan mobilitas fisik klien bisa teratasi atau berkurang.

KH :
Klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan
1.      Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan
2.      Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
3.      Anjurkan klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan
4.      Ajarkan dan anjurkan klien untuk melaukan ROM aktif/pasif
5.      Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu
6.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid
7.      Kolaborasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.
1.       Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan
2.       Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
3.       Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
4.       Untuk mencegah kekakuan sendi dan atrofi otot
5.       Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
6.       Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
7.       Untuk mempercepat proses penyembuhan




















NO
DIAGNOSA KEP.
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL

3
Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama hospitalisasi tidak terjadi cidera terhadap klien

KH:
Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.
1.      Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam siapkan lampu panggil
2.      Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain
3.      Anjurkan kepada keluarga klien untuk selalu memantau aktivitas klien
4.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat
1.       Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
2.       Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi
3.       Untuk meminimalisir resiko cidera
4.       Sebagai penatalaksanaan medis





















DAFTAR PUSTAKA

1.      Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
2.      Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
3.      Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta..
4.      Potter, patricia A.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan . Jakarta : EGC
5.      Smeltzer S. C. & Bare B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner suddart. Ed. 8. Vol. 3. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar